Sabtu, 22 Mei 2021

Fakta-fakta Palestina (2)

Ini adalah fakta-fakta lanjutan tentang Palestina, Baitul Maqdis, dan al-Aqsha setelah sebelumnya dalam artikel Fakta-fakta Palestina (1) telah diurai sejarah wilayah tersebut dari awal hingga wafatnya Rasulullah SAW. Seperti artikel pertama, artikel kedua ini pun akan terus disempurnakan dengan fakta-fakta baru yang ditemukan.

o0o

* Setelah Rasulullah SAW wafat pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun ke 11 Hijriah atau 8 Juni 632 M, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA dibaiat menjadi khalifah pertama. Meskipun ketika itu Abu Bakar RA sibuk dengan masalah kemurtadan orang-orang Arab di Jazirah Arab, namun beliau tetap melanjutkan rencana Rasulullah SAW untuk membebaskan Baitul Maqdis.

* Pada masa pemerintahan Abu Bakar RA, Baitul Maqdis belum bisa dibebaskan dari penguasaan Romawi. Barulah setelah Umar bin Khaththab RA diangkat menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar RA, tepatnya pada tahun 638 M, Baitul Maqdis bisa dibebaskan. Umar bin Khaththab yang sebelumnya tidak pernah keluar dari Madinah untuk merayakan penaklukan (pembukaan) suatu negeri, kali ini pergi sendiri ke Palestina dan menandatangani perjanjian dengan Patriark Kristen Yerusalem, Sofronius. Umar membuka gerbang Masjidil Aqsha dengan damai. Beliau juga mengundang kaum Yahudi untuk kembali ke Yerusalem setelah 400 tahun lamanya mereka dilarang masuk, dan memberikan jaminan kepada mereka, juga kepada para pemeluk Kristen, untuk hidup aman di bawah perlindungan pemerintah Islam. Ini peristiwa pertama kali dalam sejarah penaklukan kota Yerusalem tidak ada darah yang tertumpah. Tiga penganut agama samawi, Islam, Kristen, dan Yahudi, bisa hidup rukun berdampingan

* Yang menarik saat pembebasan Baitul Maqdis itu, Khalifah Umar bin Khaththab menolak untuk shalat di Gereja Makam Kudus di area Baitul Maqdis. Tujuannya agar kelak kaum Muslim tidak meminta konversi Gereja Makam Kudus menjadi sebuah masjid. Umar shalat di luar gereja tersebut. Tempat di mana Umar shalat ini kemudian didirikan masjid yang pintunya berlawanan arah dengan pintu masuk gereja Makam Kudus. Ada yang menyebut masjid tersebut adalah Masjid Jami' al-Aqsha, ada juga yang menyebut Masjid al-Qibli.

* Khalifah Umar bin Khaththab RA saat pembebasan Baitul Maqdis juga menyempatkan pergi ke tempat di mana Nabi Sulaiman AS dahulu mendirikan Masjid al-Aqsha dengan diantar Patriak Sofronius. Betapa terkejutnya Umar RA melihat tempat itu sudah menjadi areal pembuangan sampah. Umar RA marah dan menyuruh Patriak membantu membersihkan tumpukan sampah yang sudah menggunung dengan tangannya sendiri. Setelah bersih, Umar RA melihat batu suci itu masih tertanam di sana dan mengatakan bahwa itu adalah batu yang digambarkan Rasulullah SAW sebagai tempat menjejakkan kakinya untuk Mi'raj naik ke langit.

* Pada 691 M, Khalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan memerintahkan pembangunan Kubah Shakhrah (Kubah Batu atau Dome of the Rock) di Komplek Masjidil Aqsha. Tujuannya, menurut Syamsuddin Al-Maqdisi, seorang sejarawan abad ke-10, agar dapat mengimbangi kemegahan gereja-gereja monumental yang dibangun di Yerusalem ketika itu. Kubah Shakhrah sering kali disalah-artikan oleh banyak orang sebagai Masjid al-Aqsha. Padahal, Masjid al-Aqsha adalah kompleks di mana Kubah Shakhrah berada.   

* Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II menyerukan perang suci kepada masyarakat Kristen untuk mengambil alih kota Yerusalem dari tangan Kekhalifahan Fathimiyah Mesir. Seruan ini dimaksudkan untuk memenuhi permintaan Kaisar Bizantium (Romawi Timur), Alexios I Komnenos, yang menghendaki masyarakat Kristen menjadi relawan untuk membantu memerangi pasukan Turki Seljuk dari Anatolia. Inilah sebenarnya tujuan awal dari seruan Perang Suci ini. Seruan disampaikan pada 27 November 1095, sekaligus menandai dimulainya Perang Salib I. 

* Ribuan umat Kristiani menyambut seruan Paus Urban II yang menjanjikan pengampunan bagi siapa pun yang bergabung dengan misi tersebut, apapun dosanya. Uniknya, tujuan utama memerangi pasukan Turki Seljuk menjadi berbelok kepada perebutan Yerusalem sebagai tujuan utama. Uniknya lagi, korban pertama dari seruan Perang Suci tersebut bukanlah kaum Muslim yang menguasai Yerusalem, tapi orang-orang Yahudi. Ada dugaan ini karena dendam lama di mana orang-orang Yahudi pernah hendak membunuh dan menyalib Nabi Isa AS. Komunitas Yahudi di Rhine, yakni di kota Speyer, Worms, Mainz, dan Cologne, menjadi sasaran pertama pembantaian pasukan Salib atas orang-orang Yahudi. Peristiwa ini dikenal dengan nama Pembantaian Rhineland. Begitu juga komunitas Yahudi di wilayah Danube, juga tewas dalam jumlah ribuan.

* Pada tahun 1099 M, Kota al-Quds atau Yerusalem akhirnya berhasil direbut oleh orang-orang Kristen. Para ksatria, petani, atau rakyat biasa, berbondong-bondong berjalan kaki menuju Yerusalem dari darat dan laut untuk memerangi penduduk Yerusalem. Mereka juga dibantu oleh tentara Salib dari Romawi Timur. Perebutan kekuasaan ini tepatnya terjadi pada 15 Juli 1099. Seluruh penduduk kota Yerusalem akhirnya berhasil mereka bunuh, sebagaimana kaum Yahudi di beberapa kota sebelumnya. Baik kaum Muslim maupun Yahudi kemudian dilarang untuk tinggal di Yerusalem.

* Tahun 1187, Shalahuddin al Ayubi berhasil membebaskan kembali al-Quds (Yerusalem) dan menghapus larangan tinggal bagi orang-orang Yahudi. Pembebasan ini terjadi setelah pertempuran Hittin yang dimenangkan oleh Shalahuddin pada 2 Oktober 1187 M. Menurut Karen Amstrong dalam buku berjudul Perang Suci, tak ada satu pun orang Kristen yang dibunuh saat pembebasan itu. Tak ada pula penjarahan. Tebusan bagi para tawanan ditetapkan amat rendah. Bahkan, sebagian besar dibebaskan oleh Shalahuddin karena merasa iba melihat kehidupan masyarakat yang miskin. Sebaliknya, orang-orang kaya Kristen kabur dengan harta benda mereka, termasuk uskup agung kekaisaran yang terburu-buru meninggalkan kota dengan kereta yang penuh harta benda. Imaduddin, penulis pribadi Shalahuddin, mendesak agar Shalahuddin menyita harta itu. Tapi Shalahuddin menolak. Ia membiarkan saja uskup itu kabur. Adapun Kaisar Heraklius diminta oleh Shalahuddin untuk membayar tebusan untuk dirinya sebesar 10 dinar, sama seperti rakyatnya, bahkan disediakan pengawal khusus untuk menjaga hartanya selama perjalan ke Tyre.

* Pada tahun 1244 M, Palestina dan al-Quds (Yerusalem) menjadi bagian dari kerajaan Islam Tatar Khawarismi. Sedangkan pada tahun 1247 M, Pelestina dan al-Quds ditaklukkan oleh Kerajaan Islam Mamluk Mesir.

* Tahun 1517 M, Palestina menjadi bagian dari Kekhalifahan Turki Usmani. Di bawah kekuasaan mereka, Palestina mengalami pembaruan yang luar biasa. Tembok-tembok megah di sekeliling Kota Lama dibangun. Kota al-Quds tetap berstatus sebagai provinsi, di samping sebagai sentra penting keagamaan. Bahkan, al-Quds atau Yerusalem masih diperhitungkan sebagai ibukota Palestina. Hal ini bisa dibaca dalam buku berjudul Modern History or The Present State of All Nations yang ditulis pada tahun 1744

* Tahun 1835 M, sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuner Yahudi Inggris bernama Sir Moshe Monteveury. Ia adalah anggota Free Masonry. Ini adalah kali pertama sekolah berkurikulum asing berdiri di wilayah kekhilafahan. Kemudian, pada tahun 1838 M, Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.

* Tahun 1849 M, kampanye untuk mendorong orang-orang Yahudi bermigrasi ke Palestina dimulai. Tahun 1882 M, terjadilah imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina dengan selubung agama, simpati, dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa. Bila pada awal kampanye (1849) jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12 ribu orang, maka pada tahun 1948 jumlahnya sudah menjadi 716.700 orang, dan tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang. 

* Tahun 1891 M, penduduk Palestina mengirimkan petisi kepada khalifah Abdul Hamid II, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayangnya saat itu Khilafah Utsmani sudah menjadi pesakitan Eropa. Istilah ini muncul untuk menggambarkan keadaan kekaisaran Utsmani yang saat itu tertinggal jauh dari negara-negara di Eropa. 

* Tahun 1896 M, Theodore Herzl merampungkan sebuah doktrin baru bernama Zionisme sebagai gerakan politik untuk mendirikan negara Yahudi Israel.  Setahun kemudian, yakni 1897 M, Theodore Herzl menggelar kongres Zionis dunia pertama di Basel, Swiss. Peserta Kongress-I Zionis mengeluarkan resolusi bahwa masyarakat Yahudi bukanlah sekedar umat beragama, namun bangsa yang memiliki tekad bulat untuk hidup berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi kaum Yahudi, yakni tanah yang menurut mereka memiliki nilai sejarah. Di kongres itu, Herzl menyebut bahwa zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas kaum Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun yang akan datang,  negara Yahudi telah berdiri!” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada 1948.

* Tahun 1916 M, berlangsung perjanjian rahasia Sykes-Picot antara negara-negara sekutu, yakni Inggris, Perancis, dan Rusia, saat perang dunia (PD) I sedang berkecamuk. Dalam perjanjian itu mereka membagi akses kepada wilayah jajahan. Inggris mendapat akses kepada Palestina. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu. 

* Setahun kemudian, yakni tahun 1917 M, Menteri Luar Negeri Inggris yang keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, menghubungi pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, meminta agar orang-orang Yahudi membantu mereka memerangi Jerman. Sebagai imbal balik, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour pada 2 November 1917. Isinya, menjanjikan tanah Palestina kepada kaum Yahudi sehingga mereka bisa membentuk negara sendiri, yakni negara Israel. Komposisi masyarakat Palestina pada bulan Desember 1918 M, atau setahun setelah deklarasi Balfour, adalah 512 ribu (Arab Muslim), 60 ribu (Arab Kristen), dan 90 ribu (Yahudi).

* Tahun 1922 M, Liga Bangsa- Bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina. Sedang tahun 1947 M, PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara, yakni Arab dan Israel.

* Pada tanggal 14 Mei 1948 M, sehari sebelum habisnya masa perwalian Inggris atas Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan secara sepihak kemerdekaan negara Israel (Yom Ha'atzmaut) dan melakukan agresi militer kepada rakyat Palestina yang masih lemah. Sehari kemudian, tepatnya pada 15 Mei 1948, jutaan rakyat Palestina diusir dari kampung halamannya sendiri oleh tentara "Israel", mengungsi ke Libanon, Yordania, Suriah, dan Mesir. Palestinian Refugees, atau "pengungsi Palestina", menjadi tema dunia saat itu. Hari pengusiran ini diperingati sebagai "Hari Nakbah". Sebagian besar kaum Muslim di seluruh dunia tidak mengakui "negara Israel" karena kelakuan mereka menjajah bangsa Palestina. ***

Baca juga:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat