Senin, 27 Januari 2025

Jejak Kelam Ayah dan Anak di Suriah, Serta Akhir Kegemilangan Mereka

Suriah, negara tempat hijrahnya para Nabi, seperti Ibrahim a.s., Luth a.s., Ya’qub a.s., Musa a.s., dan Isa a.s, adalah bagian dari Negeri Syam. Luasnya hanya 185.180 km2. Secara geografis, negara ini berbatasan dengan Turki, Irak, Yordania, Palestina, dan Lebanon. 

Peta wilayah Suriah

Suriah merdeka pada tahun 1936. Namun, mereka benar-benar merdeka pada tahun 1946. Setelah merdeka, perjalanan negara ini diwarnai beberapa kali kudeta. Salah satunya, dilakukan oleh seorang militer dan penganut Syiah Nushairiyah bernama Hafiz Al-Assad. 

Sebenarnya, sekte Nushairiyah atau Alawiyah adalah kelompok minoritas di Suriah. Jumlah penganutnya tak lebih dari 15 persen dari sekitar 26 juta penduduk Suriah. Sedangkan jumlah mayoritas umat Islam 75 persen. Sisanya, penganut agama yang lain.

Namun, setelah berkuasa, Hafiz Al-Assad berhasil menancapkan kekuasaannya dengan sangat kuat. Terbukti, dia mampu bertahan selama 29 tahun, yakni sejak 1971 sampai 2000. 

Dia juga membesarkan kroni dan keluarganya. Nyaris semua bidang industri strategis berada dalam genggaman mereka. Bahkan, untuk mempertahankan kekuasaannya, Hafiz Al-Assad tak segan-segan menghabisi rakyatnya. 

Salah satu jejak kekejaman Hafiz Al-Assad adalah tragedi berdarah di Kota Hama pada 2 Februari 1982. Kala itu, kota yang menyimpan jejak sejarah umat Islam ini dibombardir pasukan Syiah Hafiz Al-Assad. Tak hanya bangunan yang hancur,  puluhan ribu jiwa juga melayang.

Tak sekadar itu, Hafiz Al-Assad juga tega menghabisi lawan-lawan politiknya meskipun itu kawannya sendiri. Beberapa contohnya adalah Shalah Jadid dan Muhammad Imran. 

Lalu siapa Bashar Al-Assad? Dia adalah anak Hafiz Al-Assad. Ia lahir di Damaskus pada 11 September 1965. Pada usia 6 tahun, ayahnya Hafiz Al-Assad baru saja diangkat menjadi presiden.

Bashar Al-Assad berkuasa sejak tahun 2000. Gaya pemerintahannya benar-benar militeristik, padahal dia seorang dokter spesialis mata. Pengangkatanya sebagai presiden juga kontroversial. Sebab, ia diangkat ketika berusia 34 tahun 9 bulan. Padahal, konstitusi Suriah mewajibkan presiden harus berusia minimal 40 tahun.

Lalu dinasti Al-Assad berupaya mempengaruhi parlemen agar mengamandemen pasal yang bisa menutup peluang Bashar Al-Assad menjadi presiden. Upaya ini berhasil. Bashar Al-Assad berkuasa setelah memeroleh suara 97,97%.

Sama seperti ayahnya, pemerintahan Bashar Al-Assad juga menelan banyak korban, baik anak-anak, perempuan, dan orang tua. 

Rekam jejak Bashar yang sangat memilukan adalah pada tragedi Houla yang terjadi hari Jum’at 25 Mei 2012. Tak kurang dari 108 orang meninggal, dan ratusan lainnya luka-luka. Atas tindakan kejam ini, Bashar mendapat kecaman dunia termasuk PBB.

Inilah jejak kelam ayah dan anak di Suriah. Jejak ini berhenti pada Ahad, 8 Desember 2024 pagi. Hari itu Bashar Al-Assad tumbang. Itu terjadi setelah pasukan Mujahidin Suriah menguasai Damaskus, ibu kota Suriah. 

Damaskus adalah kota tua yang terletak di sebelah barat daya Suriah. Menirut hadits Rasulullah saw. kelak di akhir zaman, Damaskus menjadi tempat turunnya Nabi Isa a.s.

Damaskus juga menjadi kota para ulama. Ada Ibnu Qudamah, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Katsir yang menulis karya-karya besar di kota ini. Sejumlah panglima Muslim bermukim dan wafat di Damaskus. Sebutlah, misalnya, Tariq bin Ziyad, panglima pembuka Andalusia, dan Salahuddin Al-Ayyubi,  panglima pembebas Baitul Maqdis.

Sejak Suriah mengalami situasi buruk di bawah kekuasaan Bashar al-Assad, para mujahidin tidak diam. Salah satu organisasi tempat bernaungnya para mujahidin yang terus bergerak adalah Haiyah Tahrir Syam (HTS).

HTS terus melakukan konsolidasi dan persiapan yang matang untuk membebaskan beberapa wilayah Suriah. Qadarallah kekuatan rezim Al-Assad semakin lama semakin lemah ketika Rusia tak lagi memberi prioritas bantuan kepada Suriah karena disibukkan oleh urusan Ukraina. 

Di sisi lain, pemerintahan Bashar Al-Assad memang tidak memiliki niat untuk menyelesaikan krisis di Suriah. Ujungnya, lewat operasi Ra’du Al-Udwan, Damaskus bisa dibebaskan hanya dalam waktu 11 hari, dan Bashar Al-Assad kabur menyelamatkan diri ke Moskow, Rusia.

Kemenangan para mujahiddin Suriah adalah kegembiraan bagi masyarakat Palestina. Sebab, sejarah mencatat pembebasan Baitul Maqdis selalu di awali dengan pembebasan Damaskus. Pada 13 Hijriah, misalnya, Damaskus dibebaskan dari Bangsa Romawi sebelum akhirnya kaum Muslim pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab membebaskan Baitul Maqdis.

Isyarat pembebasan Baitul Maqdis kali ini setidaknya tergambar dari motto para pejuang Suriah: Berawal dari Suriah, berjumpa di Al-Aqsa. Bahkan para pejuang HTS, ketika berhasil menaklukkan Damaskus, memberikan pernyataan optimistis, ”Shabran ya Ahlal Ghazzah, sabran ya Ahlal Quds” (Sabar wahai penduduk Gaza, sabar wahai penduduk Baitul Maqdis).

Semoga Baitul Maqdis pada akhirnya betul-betul dibebaskan oleh kaum Muslim. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat