Sabtu, 06 September 2025

Dua Jalan Menuju Islam

Jalan menuju Islam itu ada dua. Pertama, jalan yang panjang, berliku, melewati tanjakan dan turunan. Sedang jalan kedua, singkat, pendek, dan praktis.


Jalan panjang yang berliku biasanya dilalui oleh orang-orang yang tertakdir lahir dari orang tua yang bukan Muslim. Apabila ia juga tumbuh di lingkungan yang tidak Islami, maka akan semakin panjang jalan yang harus ia lalui untuk menemukan Islam.

Namun, kunci agar ia tidak tersesat dalam meniti jalan tersebut sebetulnya sederhana saja. Kunci ini bahkan dimiliki oleh semua orang. Yakni, kemauan untuk ber-iqro'.

Iqro' atau "Bacalah!" bermakna perintah untuk membaca. Perintah ini menjadi kata pertama yang diturunkan Allah Ta'ala kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam (saw) ketika beliau menyendiri di Gua Hiro.Kata ini tertulis dalam ayat pertama surat Al ‘Alaq [96]. 

Perintah Allah Ta'ala kepada Rasulullah saw adalah membaca, bukan bersyahadat. Ini bermakna, sebelum bersyahadat, manusia hendaknya membaca terlebih dahulu. Setelah hidayah itu datang, barulah ia bersyahadat.

Perintah membaca sebelum bersyahadat menjadi amat penting. Mengapa? Agar kita bisa yakin seyakin-yakinnya bahwa Tuhan itu ada, dan tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah Azza wa Jalla

Iqra' berasal dari akar kata qara’a (قرأ) yang maknanya sangat luas. Ia bukan sekadar membaca teks sebagaimana kita kerap mengartikannya dalam bahasa Indonesia. Ia juga bisa bermakna membaca alam semesta, memahami tanda-tanda Allah (ayat kauniyyah dan qauliyyah).

At-Tabari mengatakan, iqra’ berarti bacalah dan sampaikan apa yang diwahyukan Allah Ta'ala kepadamu, meskipun Nabi ﷺ saat itu ummi (tidak bisa baca-tulis). Sedang Al-Raghib al-Asfahani (ahli bahasa Qur’an) menjelaskan bahwa qira’ah bisa berarti menghimpun tanda-tanda, sehingga iqra’ bisa dimaknai: “Himpunlah, pahamilah, dan renungkanlah tanda-tanda Allah.”

Hanya saja kebanyakan manusia tidak mau ber-iqra. Inilah yang membuat seorang anak manusia yang terlahir dalam keadaan non-Muslim tetap kafir hingga ia dewasa.  

Ada pula orang yang tertakdir dalam keadaan Muslim karena kedua orang tuanya Muslim. Otomatis, ia juga akan menjadi Muslim. Inilah jalan kedua, jalan singkat menuju Islam. 

Namun, ketika ia menjadi Muslim, bukan berarti proses iqro lantas berhenti.  Sebab, setelah ia menjadi Muslim, tidak lantas jalan yang dilalui menjadi mudah. Justru jalan pulang menuju surga masih berat. Ia perlu pijakan yang kuat agar tidak terlempar ke jalan yang salah.

Ada juga jalan singkat menuju Islam --jalan kedua-- yang bukan karena terlahir dari orang tua yang Muslim. Ia menemukan Islam karena simpati. Ia tertarik dengan Islam setelah melihat betapa indahnya ukhuwah kaum Muslim, atau mengikuti agama orang yang ia idolakan. 

Ber-Islam dengan cara seperti ini tetap harus ber-iqra'. Sebab, seringkali realita di tengah jalan tak seindah yang ia bayangkan. Memang, Islam sudah pasti sempurna dan sesuai dengan fitrah. Namun, tak semua pemeluk Islam mampu mempertontonkan keindahan tersebut. Jika ia tak ber-iqra', boleh jadi ia akan patah arang dan tergelincir ke jalan yang salah.

Adapun manusia yang menemukan Islam setelah melewati proses ber-iqro' yang berliku akan memiliki pondasi yang jauh lebih kuat. 

Jadi, dalam keadaan apa pun, manusia tetap perlu ber-iqro'. Bukankah ilmu Allah Ta'ala itu luas? Allah Ta'ala sendiri berfirman dalam al-Qur'an surat Luqman [31] ayat 27, "Seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena, dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habis (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Nah, mari kita lanjutkan proses ber-iqro' sebagai awal mengenal Tuhan. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat