Minggu, 07 September 2025

Mencetak Mujahid Dakwah Digital

Dakwah ada beragam cara. Salah satunya lewat teknologi digital. Mengapa harus digital? Sebab, cara tersebut paling efektif dan efisien.


Dakwah lewat DIGITAL
# Bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja
# Jangkauannya sangat luas
# Berbiaya relatif rendah.

Era digital memaksa kita mengubah semua aspek yang berhubungan dengan komunikasi. 
---> Cara-cara lama perlahan-lahan harus ditinggalkan, dan  harus segera menyesuaikan diri dengan cara-cara baru. 
---> Jika tidak, kita akan ketinggalan, bahkan ditinggalkan. Termasuk cara kita berdakwah.

Jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2024, menurut survei yang dilakukan APJII, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 221,56 juta orang. 
---> Hampir 80 persen penduduk Indonesia saat ini adalah pengguna internet.

Yang menarik, menurut survei ini juga, dominasi pengguna internet adalah generasi milenial (lahir 1981-1996) dan Gen Z (lahir 1997-2012). 
---> Jika keduanya dijumlahkan bisa mencapai 70 persen dari total pengguna internet di Indonesia.

Sayang sekali bila kaum Muslim tak memanfaatkan kecanggihan teknlogi digital untuk mengajak kepada kebaikan.
--> Sementara mereka yang memanfaatkannya untuk kemubaziran dan keingkaran sangat banyak.
Bila kita abai maka kita bisa kalah dalam bernarasi

Dmitry Trenin, peneliti utama Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional Rusia, anggota Dewan Urusan Internasional Rusia (RIAC) mengatakan:
--> Perang dunia ketiga telah dimulai. Hanya saja, tidak semua orang menyadarinya. Perang ini mencakup semua lini. Mulai dari militer hingga narasi informasi. 
--> Kemenangan tidak diukur dari pendudukan wilayah, melainkan dari keberhasilan menggagalkan rencana musuh.

Namun, dakwah digital memilkki sejumlah tantangan
- Butuh skill digital yang perkembangannya begitu cepat
- Butuh skill mengemas konten yang sesuai keinginan publik

Karena itulah dunia dakwah butuh MUJAHID yang mau mempelajari teknologi DIGITAL sekaligus menggunakannya untuk dakwah.
--> Cetak mujahid digital sebanyak-banyaknya
--> Himpun mereka dalam shaf yang rapi.

Konten digital ada banyak. Gambar, video, teks. 
--> Jenis media yang digunakan juga beragam: situs, media sosial, channel youtube, dll. Semua harus diberdayakan
--> Namun, saya akan fokus kepada web.

Web/situs butuh teks sebagai konten dominan.
# Teks --> Butuh kemampuan menulis.
# Kuncinya ada DUA: KEPIAWAIAN kita menyusun KATA, dan kepiawaian kita menyusun DATA.

Menyusun KATA tak sulit 
--> Tinggal dipelajari, dipraktikkan berulang-ulang, diciptakan kreasi-kreasi baru. 
--> Bahkan di era digital sekarang ini, menulis bagus tinggal serahkan saja pada AI (Artificial Inteligent). Beres! (Walaupun saya tidak merekomendasikan cara ini bagi para pembelajar)

Menyusun DATA, tak semudah yang dibayangkan 
---> Data BERBOBOT perlu DICARI.
---> Mencari data adalah pekerjaan inti seorang JURNALIS.

Mendapatkan DATA bisa dilakukan dengan REPORTASE, WAWANCARA, STUDI PUSTAKA (perbanyak membaca)
--> Letak "KENIKMATANAN" profesi jurnalistik bukan pada aktivitas MENULIS, tapi MENCARI DATA
--> Menulis hanyalah SEBAGIAN KECIL dari kemampuan seorang jurnalis. SEBAGIAN BESAR justru kemampuan MENCARI DATA.

Jika DATA yang kita dapatkan BERBOBOT, kita piawai menyusunnya menjadi ALUR CERITA yang menarik, kita pun pandai menyusun kata-kata hingga terasa INDAH, maka itulah KARYA YANG BERHASIL


(Ditulis sebagai materi Kursus Mubaligh Profesional pada 7 September 2025 di Gedung Dakwah Hidayatullah, Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat