Jika kita ketikkan kata Tan Malaka pada mesin pencari di internet, maka kita akan dapati banyak sekali artikel tentang sosok yang pernah mashur dengan bukunya berjudul Madilog ini.
Lalu coba kita pilah-pilah lagi artikel tersebut. Seberapa banyak yang memuji Tan Malaka, dan seberapa banyak pula yang mengkritiknya?
Saya sendiri belum pernah merisetnya. Namun, saya menebak, jumlah artikel yang memberikan kesan positif kepada Tan Malaka lebih banyak ketimbang negatif.
Kesimpulan ini saya tarik atas dua alasan. Pertama, saya melihat obrolan di media sosial memperlihatkan fenomena anak-anak muda yang gandrung dengan Tan Malaka. Mereka bahkan menyamakan Tan Malaka dengan tokoh Anime bernama Lelouch Lamperouge. Tokoh ini dikenal pintar dan berani, hidup dalam pelarian, menggunakan banyak identitas, berjuang untuk tegaknya keadilan lewat cara yang rumit dan sering tidak terlihat, tidak memiliki massa yang loyal namun mampu mempengaruhi banyak pihak lewat ide dan kecerdasannya.
Kesimpulan ini saya tarik atas dua alasan. Pertama, saya melihat obrolan di media sosial memperlihatkan fenomena anak-anak muda yang gandrung dengan Tan Malaka. Mereka bahkan menyamakan Tan Malaka dengan tokoh Anime bernama Lelouch Lamperouge. Tokoh ini dikenal pintar dan berani, hidup dalam pelarian, menggunakan banyak identitas, berjuang untuk tegaknya keadilan lewat cara yang rumit dan sering tidak terlihat, tidak memiliki massa yang loyal namun mampu mempengaruhi banyak pihak lewat ide dan kecerdasannya.
Generasi muda ini tak sekadar menyukai cara hidup Tan Malaka. Mereka juga membincangkan buku Madilog, karya Tan Malaka, meskipun buku ini tergolong berat dicerna. Ada kabar bahwa buku-buku Tan Malaka banyak dicari Gen Z.
Alasan kedua, Tan Malaka memiliki banyak jasa untuk Indonesia. Ia bahkan hampir menghabiskan seluruh masa mudanya untuk membela bangsa Indonesia, khususnya kaum buruh dan masyarakat miskin. Ia menolak untuk kompromi dengan penjajah Belanda dan Jepang. Bahkan, ia sempat melancarkan protes ketika pemerintah Indonesia (orde lama) lebih suka berunding dengan penjajah untuk meraih simpati internasional ketimbang berperang sampai titik darah penghabisan.
Alasan kedua, Tan Malaka memiliki banyak jasa untuk Indonesia. Ia bahkan hampir menghabiskan seluruh masa mudanya untuk membela bangsa Indonesia, khususnya kaum buruh dan masyarakat miskin. Ia menolak untuk kompromi dengan penjajah Belanda dan Jepang. Bahkan, ia sempat melancarkan protes ketika pemerintah Indonesia (orde lama) lebih suka berunding dengan penjajah untuk meraih simpati internasional ketimbang berperang sampai titik darah penghabisan.
Sikap tegas seperti ini menempatkan Tan Mala bagai pahlawan di mata penggemarnya, terutama kaum muda. Bahkan, Presiden Soekarno pun memberinya gelas Pahlawan Nasional pada tahun 1963 melalui keputusan Presiden nomor 53. Pemerintah mengakui bahwa putra asli Minangkabau ini telah banyak berkontribusi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Nah, pertanyaannya, seberapa berbahaya sosok yang bernama asli Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka ini?
Secara ideologi, Tan Malaka jelas menganut paham komunis, meskipun ia berselisih paham dengan PKI.
(Bersambung)
Catatan
- Ini baru catatan awal. Namun, dari catatan awal ini setidaknya bisa menjadi bahan renungan bagi Anda untuk sama-sama mengkajinya.
- Tentu saja catatan ini akan saya lanjutkan lagi. Jika Anda tertarik, silahkan Anda kunjungi kembali artikel ini di lain hari.
(Bersambung)
Catatan
- Ini baru catatan awal. Namun, dari catatan awal ini setidaknya bisa menjadi bahan renungan bagi Anda untuk sama-sama mengkajinya.
- Tentu saja catatan ini akan saya lanjutkan lagi. Jika Anda tertarik, silahkan Anda kunjungi kembali artikel ini di lain hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat