Dakwah adalah ibadah. Karena itu, ia harus dilakukan dengan ikhlas sebagaimana syarat sebuah ibadah.
Seorang dai harus memurnikan terlebih dahulu niatnya untuk mengajak manusia menapaki jalan lurus menuju surga. Jangan ada tujuan lain dari dakwahnya selain mencari ridha Allah Ta'ala. Dakwah bukan untuk mengumpulkan harta, meraih jabatan, mendapatkan simpati dari manusia, atau tujuan dunia lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni (ikhlas) untuk-Nya dan untuk mencari wajah-Nya." (Riwayat Nasa-i).
Karena itu pula Allah Ta'ala tidak memperkenankan Nabi SAW untuk meminta upah dari dakwah beliau. “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al Qur`an) ..." (Al An’am [6]: 90). Demikian Allah Ta'ala menyeru kepada Rasulullah SAW untuk mengatakan kepada orang-orang yang beliau dakwahi.
Ungkapan serupa juga ditegaskan Allah Ta'ala dalam surat al-Furqan [25] ayat 57, "Katakanlah, 'Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya,'."
Hal seperti ini juga difirmankan Allah Ta'ala kepada Nabi Nuh AS sebagaimana tertera dalam al-Qur'an surat As-Syu'ara [26] ayat 109, "Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam."
Demikian pula diungkap oleh Nabi Hud AS dalam surat yang sama ayat 127, "Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam," serta Nabi Saleh (Asy-Syu'ara [26]: 145), Nabi Lut (Asy-Syu'ara [26]: 164), dan Nabi Syuaib (Asy-Syu'ara [26]: 180).
Semua itu bertujuan untuk memurnikan dakwah. Bila dakwah ditujukan untuk kepentingan dunia, maka ia tak akan bertahan lama. Apalagi jalan dakwah bukan jalan yang mudah.
Upah bagi para dai yang sabar meniti jalan dakwah disediakan oleh Allah Ta'ala di akhirat kelak. Nilainya tak akan sebanding dengan upah yang didapat manusia selama di dunia. Ini disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam surat al-Mu'minun [23] ayat 72, "... Atau kamu meminta upah kepada mereka? Maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi Rezeki Yang Paling Baik."
Allah Ta'ala juga menegaskan bahwa dai yang ikhlas berdakwah demi ridho-Nya dan tidak berharap imbalan dunia adalah teladan yang patut diikuti. Ini diungkap oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat Yasin [36] ayat 13 sampai 21 tentang kisah tiga utusan-Nya.
Ketiganya, menurut Ibnu Juraij dari Wahb ibn Sulaiman, dari Syu'aib al-Jiba'i, bernama Syam'un, Yuhana, dan Baulus. Mereka diutus dalam waktu yang bersamaan di negeri Intakiyah. Adapun Qatadah ibn Di'amah mengatakan bahwa ketiganya adalah utusan Nabi Isa AS kepada penduduk Intakiyah.
Dalam kisah ini disebutkan bahwa ketiga utusan tersebut berkata kepada penduduk negeri Intakiyah, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu." (ayat 14).
Namun penduduk negeri itu mengingkari ketiganya dengan berkata, "Kalian (bertiga) ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun. Kalian hanyalah pendusta belaka." (ayat 15).
Ketiganya tetap bersabar dengan ajakan mereka. "Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan-(Nya) kepada kalian, dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas (ayat 16 dan 17)," kata ketiganya.
Penduduk negeri itu tetap tak mau percaya. Bahkan mereka menuduh bahwa ketiga utusan tersebut telah menimpakan nasib yang malang kepada mereka (ayat 18 dan 19).
Lalu datanglah dari ujung kota seorang laki-laki dengan bergegas seraya berkata, "Wahai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah orang yang tidak meminta upah (imbalan) kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (ayat 20 dan 21).
Semoga kita termasuk dai yang hanya berharap imbalan dari Allah Yang Maha Kaya. Wallahu a'lam. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat