Pada pertengahan Juni 2025, saya diminta menjadi pemateri Kursus Mubaligh Profesional di Jakarta dengan tema sebagaimana tertera pada judul tulisan ini. Saya menyusun pointer-pointer materi dan mempublikasikannya di blog ini agar bisa dibaca dan dipelajari oleh sebanyak mungkin masyarakat.
Ada TIGA kata kunci dalam judul atau tema materi yang diamanahkan kepada saya di atas, yakni:
(1) MENULIS
(2) DAKWAH
(3) PAHALA JARIAH
Mari kita kupas satu per satu
MENULIS
- Adalah MENYUSUN atau MENATA
- Apa yang disusun? --> KATA dan DATA
Seringkali menulis dianggap SULIT, mengapa?
- Cara mendidik yang keliru sejak bangku SD
- Menulis kerap diidentikkan dengan belajar Bahasa Indonesia. Akibatnya, ketika mendengar kata MENULIS, yang terbayang adalah tata bahasa
Padahal, MENULIS bisa dimaknai secara sederhana sebagai MENYUSUN kata menjadi kalimat yang bisa DIPAHAMI oleh pembaca.
Jadi, untuk menguji apakah tulisan kita bisa DIPAHAMI pembaca, Anda cukup membuat sebuah tulisan, lalu serahkan kepada teman di dekat Anda. Tanyakanlah apakah ia paham dengan apa yang Anda tulis?
---> Jika PAHAM, maka itu artinya Anda sudah berhasil merangkai kata. Sesederhana itu!
Menjelaskan sesuatu yang SEDERHANA lewat tulisan tentu mudah. Lantas bagaimana menjelaskan sesuatu yang RUMIT? Apakah juga mudah memahamkannya?
---> Tentu tidak!
---> Kita perlu belajar tata bahasa!
Jadi, untuk bisa menulis, maka:
- Mulailah dari yang sederhana dulu
- Lakukan berulang-ulang
- Perbaiki perlahan-lahan
Jika sudah terbiasa, tingkatkan kemampuan dengan menulis yang RUMIT. Pada tahap ini Anda sudah harus paham TATA BAHASA
Sulit? Terasa Berat?
--> Ah, siapa bilang? Bukankah setiap hari kita menulis? Mulai dari menulis status di FB, IG, Twitter, hingga menulis pesan di WA, dsb. Setiap hari kita pasti menulis! Hanya saja, kita tak pernah menganggap bahwa itu semua sebagai latihan untuk memperbaiki kemampuan menulis kita.
Hanya saja MENULIS yang sekadar bisa dipahami pembaca belum terkategori BERHASIL. Sebab, tulisan yang BISA DIPAHAMI belum tentu MENARIK bagi pembaca! Boleh jadi pembaca hanya sekadar PAHAM, namun tidak TERTARIK.
TULISAN YANG BERHASIL adalah tulisan yang mampu membuat pembaca bereaksi sesuai dengan apa yang dikehendaki penulis.
---> TULISAN YANG BERHASIL adalah tulisan yang mampu MEMPENGARUHI pembaca.
---> DAKWAH adalah MEMPENGARUHI
DAKWAH perlu strategi agar masyarakat yang didakwahi mau mengikuti JALAN LURUS yang kita dakwahkan
--> Bukankah dulu RASULULLAH juga berstrategi dalam dakwahnya?
MENULIS juga butuh cara agar pembaca TERPENGARUH untuk BEREAKSI sesuai dengan yang kita inginkan. Bagaimana caranya?
Kuncinya ada DUA: KEPIAWAIAN kita menyusun KATA, dan kepiawaian kita menyusun DATA.
Menyusun KATA tak sulit ---> Tinggal dipelajari, dipraktikkan berulang-ulang, diciptakan kreasi-kreasi baru.
Bahkan di era digital sekarang ini, menulis bagus tinggal serahkan saja pada AI (Artificial Inteligent). Beres! (Walaupun saya tidak merekomendasikan cara ini bagi para pembelajar)
Menyusun DATA, tak semudah yang dibayangkan ---> Data BERBOBOT perlu DICARI.
Mendapatkan DATA bisa dilakukan dengan REPORTASE, WAWANCARA, STUDI PUSTAKA (perbanyak membaca)
---> Letak "KENIKMATANAN" profesi jurnalistik bukan pada aktivitas MENULIS, tapi MENCARI DATA
---> Menulis hanyalah SEBAGIAN KECIL dari kemampuan seorang jurnalis. SEBAGIAN BESAR justru kemampuan MENCARI DATA.
Jika DATA yang kita dapatkan BERBOBOT, kita piawai menyusunnya menjadi ALUR CERITA yang menarik, kita pun pandai menyusun kata-kata hingga terasa INDAH, maka itulah KARYA YANG BERHASIL
PERTANYAAN PAMUNGKAS: Bagaimana mengatasi rasa bosan?
JAWABNYA: Luruskan niat!
Niat akan lurus kalau kita mengetahui faedah yang begitu besar dari MENULIS!
Mengapa semua ---atau setidaknya sebagian besar--- ULAMA adalah PENULIS?
Mengapa tokoh-tokoh besar bangsa ini sebagian besar adalah JURNALIS atau PENULIS?
---> JAWABNYA karena menulis itu PENTING
MENULIS adalah MEMBANGUN JEJAK.
---> Jejak-jejak kita akan mudah diikuti oleh anak cucu kita manakala kita buat.
MENULIS adalah MEMBANGUN ASET DIGITAL
---> Di era DIGITAL seperti sekarang SANGAT MUDAH mempublikasikan KEBAIKAN.
---> Bahkan bukan sekadar dipublikasikan, juga disimpan sebagai ASET yang sewaktu-waktu bisa dibuka kembali
INI semua adalah JARIAH yang pahalanya tetap bisa kita petik walaupun kita sudah tiada.
JASAD kita boleh terkubur, tapi KARYA kita tidak!
Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat