Era digital adalah era di mana segala sesuatu bisa diubah menjadi produk digital. Bila dulu kita berkirim kabar kepada sahabat yang tinggal jauh di seberang pulau lewat surat berperangko, maka sekarang tidak lagi. Pesan atau kabar yang dulu berbentuk lembaran kertas, sudah diubah menjadi digital lewat layar hp, lalu dikirim lewat dunia maya dengan cukup meng-klik send, dan dalam hitungan detik langsung sampai kepada tujuan.
Dulu, hampir semua orang punya album foto. Berlembar-lembar foto disusun secara rapi di sana. Terkadang albumnya tidak cukup menampung foto kita yang berjumlah banyak. Akibatnya, kita terpaksa membeli album baru. Itu dulu!
Sekarang, sudah sangat jarang kita temukan orang yang memiliki album foto. Foto-foto tersebut sudah dikonversi menjadi bentuk digital dan disimpan di "ruang-ruang" berkapasitas besar. Bahkan, album yang dulu hanya mampu menyimpan 200 foto, sekarang sudah tergantikan dengan ruang digital mini seukuran ujung kuku kelingking namun bisa memuat ratusan ribu foto.
Teknologi digital rupanya telah memudahkan manusia dalam melakukan banyak hal, bahkan apa yang dulu sama sekali tak terbayangkan, justru bisa terwujud lewat teknologi ini. Terlebih lagi teknologi digital bidang informasi (atau biasa dikenal dengan sebutan information technology/IT). Teknologi ini telah melebur semua sekat bernama status sosial, kebangsaan, negara, bahkan usia dan jabatan.
Seorang warga negara biasa bisa dengan mudah "mencolek" kepala negara lewat media sosialnya. Begitu juga seorang murid bisa ngobrol dengan guru atau kepala sekolahnya juga lewat media sosial.
Orang kampung bisa berselancar ke kota metropolitan dan menyapa orang-orang yang tinggal di sana. Begitu pula orang-orang kota, bisa dengan mudah menikmati keindahan alam pedesaan dengan teknologi digital.
Era digital memaksa kita mengubah semua aspek yang berhubungan dengan komunikasi. Cara-cara lama perlahan-lahan harus ditinggalkan, dan harus segera menyesuaikan diri dengan cara-cara baru. Jika tidak, kita akan ketinggalan, bahkan ditinggalkan. Termasuk cara kita berdakwah.
Di sisi lain, jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2024, menurut survei yang dilakukan APJII, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 221,56 juta orang.
Sementara jumlah penduduk Indonesia pada tahun yang sama mencapai 281.603.800 jiwa. Itu berarti hampir 80 persen penduduk Indonesia saat ini adalah pengguna internet.
Yang menarik, menurut survei ini juga, dominasi pengguna internet adalah generasi milenial (lahir 1981-1996) dan Gen Z (lahir 1997-2012). Jika keduanya dijumlahkan bisa mencapai 70 persen dari total pengguna internet di Indonesia.
Ini semua menunjukkan bahwa dakwah menggunakan teknologi digital di era sekarang ini sudah menjadi keniscayaan. Tak bisa lagi dihindari, apalagi dijauhi.
Lantas, apa saja yang perlu kita pahami terkait dakwah di era digital ini? Berikut adalah mind map yang mudah-mudahan bisa membantu:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat