Pada suatu ketika Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya tentang suatu keadaan di masa mendatang.
"(Kelak akan) terjadi situasi di mana umat-umat lain akan mengerumuni kalian (kaum Muslim) seperti orang-orang yang mengerumuni piring makanannya. Mereka akan menyantap kalian dari berbagai penjuru."
Salah seorang sahabat yang merasa penasaran dengan ungkapan ini bertanya, "Apakah jumlah kami ketika itu sedikit ya Rasulullah?"
"Tidak!" jawab Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad. "Malah sebaliknya, jumlah kalian pada saat itu banyak."
"Namun, kalian ketika itu bagai buih yang terbawa air. Allah telah mencabut rasa takut musuh-musuh kalian serta menjangkitkan dalam hati kalian penyakit wahn," ungkap Rasulullah SAW lagi.
BACA JUGA: Ilmu atau Iman, Mana yang Lebih Dulu?
Para sahabat semakin penasaran.
"Apa itu penyakit wahn wahai Rasulullah," tanya salah seorang di antara mereka.
"(Yakni) cinta dunia dan takut mati," jawab Rasulullah SAW.
Dari Hadits ini mengertilah kita bahwa suatu saat kelak setelah lewat masa Rasulullah dan para sahabat, akan berjangkit penyakit takut pada kematian. Lalu mengapa mereka takut mati? Jawaban sederhananya, merujuk pada hadits di atas, adalah karena cinta yang berlebihan kepada dunia.
Cobalah simak bagaimana kehidupan orang yang amat mencintai dunia. Mereka akan menghabiskan waktunya untuk dunia. Mereka bekerja siang dan malam, seakan-akan mereka hidup untuk selama-lamanya.
Mereka juga akan mati-matian mempertahankan apa yang telah mereka peroleh. Mereka takut jerih payah selama ini hilang. Tak mau mereka bagi untuk sesama. Mereka menjadi kikir. Mereka tak peduli dengan seruan Allah Ta'ala untuk berinfaq dan berzakat. Jika perintah Allah Ta'ala saja mereka abaikan, apalagi perintah sesama manusia.
BACA JUGA: Mari Berjamaah, Jangan Sendirian
Dalam keadaan seperti ini, bila mereka diingatkan akan kematian, maka mereka akan buru-buru menutup kedua telinganya. Sebab, mereka tahu, kematian akan memisahkan diri mereka dengan harta dan kenikmatan dunia yang selama ini mereka perjuangkan.
Sebenarnya, mereka paham kalau kematian tak mungkin mereka elakkan walau sedetik jua, meski mereka bersembunyi di balik tumpukan hartanya. Karena itulah mereka takut setiap kali diingatkan soal kematian.
Mereka tak bersemangat mengejar akhirat. Sebab, bagi mereka dunia adalah tujuan akhir. Mereka juga enggan mengaji al-Qur'an, Hadits, atau nasehat-nasehat ulama. Sebab, semua itu akan mengingatkan mereka kepada kematian, sesuatu yang amat mereka takuti.
Kurangnya ilmu menyebabkan mereka mudah sekali difitnah, salah bersikap, dan tak mampu bersabar. Manusia yang berorientasi kepada dunia akan selalu merasa dikejar oleh waktu. Mereka ingin sekali cepat mendapat hasil. Kalau sudah keburu mati, sia-sialah semuanya. Karena itulah mereka sulit bersabar.
Mereka berusaha lari dari azab Allah Ta'ala. Padahal sesungguhnya mereka tengah diazab oleh Allah Ta'ala dengan perasaan takutnya itu. Tentang ini, Allah Ta'ala berfirman, "Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun. Tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun," (An-Nahl [16]: 61)
Wallahu a'lam. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat