Apa penyebab terbesar dari perpecahan? Jawabnya, kedengkian. Ketika rasa dengki mulai bersemayam di hati, maka kebenaran perlahan-lahan akan tertutupi. Saat seperti itulah manusia mulai tak mampu memandang sesuatu secara jernih.
Namun, kebanyakan manusia justru menentang hal tersebut. Allah Ta'ala berfirman dalam al-Qur'an surat Asy-Syura [42] ayat 14, "Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi), karena kedengkian antara sesama mereka ..."
Ini pula yang terjadi dengan masyarakat Makkah setelah turun perintah dari Allah Ta'ala kepada Rasulullah SAW untuk berdakwah secara terang terangan. Ibnu Abbas, dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, menceritakan bahwa Rasulullah SAW suatu ketika mengumpulkan kaum kerabatanya dan berkata, "Apakah kalian mempercayaiku bila aku khabarkan kepada kalian bahwa seekor unta akan keluar dari (balik) kaki gunung ini?"
Kaum kerabat dan masyarakat Arab yang berkumpul ketika itu menjawab, "Ya, kami percaya. Kami tidak pernah mendapatkan kebohongan darimu sebelumnya."
Lalu Rasulullah SAW pun bersabda, "Ketahuilah sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan (utusan) sebelum datangnya azab (kiamat)."
Mendengar hal tersebut, sontak Abu Lahab, paman Rasulullah SAW sendiri, berkata, "Celakalah kamu. Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami di sini?"
Demikianlah, Rasulullah SAW yang sebelumnya dikenal oleh penduduk Makkah sebagai orang yang bisa dipercaya (al-amin) karena tak pernah berdusta, tak pernah curang, dan selalu menepati janji, tiba-tiba didustakan. Padahal, Rasulullah SAW datang hanya untuk mengingatkan kebiasaan bangsa Arab yang ketika itu amat melampaui batas.
Penentangan seperti ini sesungguhnya adalah biang perpecahan, meskipun para penyeru kebathilan kerap memutarbalikkan fakta bahwa sumber perpecahan adalah para penyeru kebenaran, bukan mereka. Padahal, jauh sebelum itu, kebenaran juga telah diserukan oleh para Nabi dan Rasul lalu ditentang kembali oleh mereka.
Allah Ta'ala berfirman dalam sambungan ayat di atas, "... Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu."
Namun, apa pun tantangannya, dakwah tetap harus ditegakkan. Bila mereka tetap ingkar, maka berlepasdirilah terhadap keingkaran mereka. Hal ini difirmankan oleh Allah Ta'ala dalam lanjutan ayat berikutnya, yakni Asy-Syura [42] ayat 15, "Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu..."
Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat