Rabu, 23 September 2020

Menulis Karena Suka

"Apakah kalian tertarik dengan dunia menulis?" Demikian pertanyaan saya kepada 22 orang mahasiswi sebuah perguruan tinggi Islam di Jakarta. Ada 20 mahasiswi yang menjawab pertanyaan saya. Sedang 2 lagi, tidak memberikan jawaban apa-apa.

Yang menarik, sebagian besar menyatakan tertarik menulis dengan disertai sejumlah alasan. Ada yang mengaku tertarik karena terinspirasi oleh guru Bahasa Indonesia ketika dulu duduk di bangku sekolah menengah atas. Saya merasa perlu "angkat topi" kepada para guru Bahasa Indonesia yang berhasil membuat muridnya gemar menulis. Jarang sekali guru seperti ini. 

Alasan lain, karena ingin mengekspresikan perasaan, juga gagasan. Alasan ini hampir ditemui pada seluruh mahasiswi yang mengaku gemar menulis. 

Senarai dengan itu, banyak di antara mereka yang mengaku punya buku harian, atau menyukai cerita fiktif seperti cerpen dan novel. Tak sedikit juga yang menyukai puisi. Bahkan ada yang memiliki obsesi membuat buku kumpulan puisi. Masya Allah!

Lalu, bagaimana dengan mahasiswi yang mengaku tak gemar menulis? Jumlahnya tak banyak. Di antara mereka, ada yang merasa tak percaya diri. Ia sudah berusaha menulis, namun merasa karyanya kurang bagus. Ia menyimpulkan dirinya tak punya bakat menulis. Karyanya ia baca sendiri, kemudian ia simpan sendiri.

Ada juga yang merasa menulis itu itu rumit. Ia tak suka dengan kerumitan. Menurutnya, sesuatu yang rumit itu cepat membosankan. Ada benarnya juga sih!

Yang tak kalah menarik, dari semua mahasiswi yang mengaku suka menulis, ternyata sedikit sekali yang tertarik menulis jurnalistik. Saya berharap ini disebabkan karena mereka belum paham dunia jurnalistik, meskipun berdakwah dan berjuang lewat tulisan tak harus menjadi seorang jurnalis. 

Wallahu a'lam.


1 komentar:

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat