Senin, 10 Agustus 2020

Hakikat Jalan yang Lurus

Jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh para Nabi dan Rasul. Allah Ta’ala memerintahkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam (SAW) untuk menyeru kepada umatnya, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat Yusuf [12] ayat 108, "Inilah jalanku! Aku dan oraang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan yakin..."



Sebelumnya, pada ayat 103 (Surat Yusuf [12]), Allah Ta’ala telah mengingatkan Muhammad SAW bahwa tak akan banyak orang-orang yang akan mengikuti jalan ini, yakni jalan yang lurus. “Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya.

Padahal, dalam ayat 104 dan 105 surat Yusuf [12] tersebut, Allah Ta’ala mengatakan bahwa Rasulullah SAW dan juga seluruh dai yang mengikutinya, tak meminta imbalan apa pun dari seruan yang mereka sampaikan. Di sisi lain, tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala begitu banyak terhampar di langit dan di bumi. Sayangnya, kebanyakan manusia tetap saja lebih suka berpaling.

Lalu, pada ayat 107, Allah Ta’ala menegaskan dengan firman-Nya, “Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan Kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?

Demikianlah keadaan manusia. Karena nafsunya, mereka lalai, bahkan buta. Meski diingatkan, mereka tetap ingkar. “Katakanlah (Muhammad),” firman Allah Ta’ala dalam surat Thaha [20] ayat 135 kepada orang-orang yang terus-menerus berada dalam kekafiran, “Masing-masing (kita) menanti, maka nantikanlah oleh kalian! Dan kelak kalian akan mengetahui siapa yang menempuh jalan yang lurus, dan siapa yang telah mendapat petunjuk.”

Dalam surat Al-Furqan [25] ayat 42, Allah Ta’ala juga berfirman, “Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya.”

Petunjuk tentang jalan yang lurus sudah tertulis dalam al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman, "Sungguh, al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar," (Al-Isra' [17]: 9).

Rasulullah SAW sendiri adalah cerminan al-Qur’an. Suatu ketika, Hisyam bin Amir bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah RA menjawab, “Akhlak Nabi SAW adalah al-Qur’an,” (Ruiwayat Muslim).

Saat ini Rasulullah SAW sudah lama tak bersama kita lagi. Namun bukan berarti kita tak bisa mengikuti jalan lurus yang beliau tempuh. Kita masih bisa mengikuti jejak beliau dengan cara mengikuti wahyu Ilahi yang tertulis dalam al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah mukjizat paling besar yang diturunkan Allah Ta’ala kepada Rasulullah SAW. Al-Qur’an berisi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Allah Ta’ala menjamin tak akan ada keraguan di dalamnya. Isinya akan tetap relevan sampai akhir zaman.

Semoga kita tetap berada di jalan yang lurus, jalan para Nabi dan Rasul, jalan yang tertulis dalam al-Qur’an, jalan yang akan mengantar kita kembali kepada kampung halaman kita, yakni surga. ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat