Islam dimulai dari membaca. Meskipun gerbang memasuki Islam terdapat pada dua kalimat Syahadat, namun sebelum memasuki gerbang itu, manusia perlu diantar dulu dengan membaca.
Iqro' (bacalah), seruan Allah Ta'ala lewat malaikat Jibril mengawali al-Qur'an sebagaimana tertulis di ayat pertama surat Al Alaq [96]. Inilah ayat pertama yang diturunkan Allah Ta'ala kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) ketika beliau menyendiri di Gua Hiro.
.
Ayat pertama ini berisi seruan agar Rasulullah SAW membaca, bukan seruan agar bersyahadat. Meskipun setelah itu manusia harus bersyahadat sebagai bukti bahwa ia telah memeluk Islam, namun perintah membaca sebelum bersyahadat menjadi amat penting. Mengapa?
Jika tak kenal, mana mungkin akan tumbuh rasa cinta. Jika tak cinta, mana mungkin akan tumbuh rasa setia. Sebaliknya, jika telah tumbuh rasa cinta, maka tak akan berat untuk berkorban, baik harta, tenaga, bahkan nyawa. Begitulah logika sederhananya.
Jika kita tak mengenal Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, mana mungkin kita rela berkorban sebagai mana Bilal bin Rabah, salah seorang budak berkulit kelam yang kemudian menjadi salah seorang sahabat terbaik Rasulullah SAW.
Bilal pernah disiksa oleh tuannya, Umayyah bin Khalaf. Ia dijemur di tengah gurun pasir yang panas selama beberapa hari. Tak sekadar itu, perutnya ditindih batu besar dan lehernya diikat tali. Setiap kali selesai menyiksanya, orang-orang kafir menyurun anak-anak mereka menyeret Bilal di antara perbukitan Makkah.
Saat berada dalam siksaan tersebut, Bilal selalu berkata "Ahad ... Ahad," sebagai tanda peng-Esa-an Allah. Bilal tak pernah memenuhi permintaan majikannya dan orang-orang kafir untuk meninggalkan agama Muhammad SAW. Itulah yang membuat siksaannya semakin bertambah.
Jika tak mengenal Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, mana mungkin keluarga Yasir bisa bertahan dalam Islam walaupun disiksa dengan amat kejam oleh kaum kafir. Yasir dan isterinya Sumayyah akhirnya meninggal dalam siksaan tanpa sedikit pun berpaling dari Islam. Sejarah kemudian mencatatkan nama mereka sebagai syuhada pertama.
Kembali pada kisah turunnya ayat pertama dalam al-Qur'an. Peristiwa ini terjadi pada hari Senin, 21 Ramadhan, ketika Rasulullah SAW berusia 40 tahun. Inilah masa awal kenabian.
"Bacalah!" kata Malaikat Jibril.
"Aku tidak bisa membaca," jawab Rasulullah SAW sebagaimana diceritakan oleh Aisyah Ra dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Jibril kemudian mendekap Rasulullah SAW dengan sangat kuat sampai-sampai Rasulullah SAW tak bisa bernafas.
Setelah itu, cerita Aisyah lagi, Jibril melepaskan dekapan dan kembali berseru, "Bacalah!"
Rasulullah SAW kembali menjawab, "Aku tak bisa membaca."
Jibril kembali mendekap Rasulullah SAW dengan sangat kuat, dan melepaskannya seraya berseru, "Bacalah!"
Lagi-lagi Rasulullah SAW menjawab, "Aku tak bisa membaca."
Untuk ketiga kalinya, Jibril mendekap Rasulullah SAW dengan sangat kuat, lalu melepaskannya dan berseru, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya," (Al Alaq [96]: 1-5)
Seruan Allah Ta'ala lewat Malaikat Jibril ini tentu bukan sekadar untuk Rasulullah SAW, namun juga untuk kita. Lantas, apa yang harus kita baca? Bila merujuk dari lima ayat pertama yang turun tersebut, maka hal pertama yang harus kita baca adalah penciptaan manusia.
Manusia ---dan juga seluruh alam ini-- tak mungkin ada dengan sendirinya. Ada Rabb yang menciptakannya.
Manusia diciptakan oleh Rabb dari segumpal darah, kemudian menempel di rahim ibu. Tak berdaya. Tak mampu melakukan apa pun. Bahkan sekadar mencari makanan pun tak sanggup. Tak ada yang patut disombongkan pada diri manusia.
Hal kedua yang harus kita baca adalah ilmu yang diajarkan oleh Allah Yang Maha Pemurah dengan perantaraan pena. Syekh As Sadi, dalam Taisiri al Karimir Rahman, mengatakan, "Manusia dikeluarkan dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Lalu Allah menjadikan baginya penglihatan dan pendengaran serta hati sebagai jalan mendapatkaan ilmu."
Mempelajari ilmu Allah Ta'ala, baik berupa ayat-ayat-Nya yang tersurat (qauliyah), yaitu al-Qur'an, dan yang tersirat, yakni alam semesta (kauniyah), akan mendekatkan kita kepada Sang Pencipta, mengokohkan iman kita dan memantapkan hati kita. Tentu saja, semua itu akan terjadi, apabila Allah Ta'ala menghendaki. Hidayah tetap turunnya dari Allah Ta'ala.
Nah, barangkali, kita memeluk Islam karena kedua orang tua kita telah Islam. Saat lahir, suara azan dan iqomat telah dibacakan di telinga kita. Sebelum baligh, kita juga telah diajarkan tata cara dan bacaan shalat. Kita telah memeluk Islam tanpa benar-benar menjalani proses membaca.
Jika itu yang terjadi, Ta'ala bersyukurlah. Setidaknya, Allah Ta'ala menakdirkan kita memiliki orang tua Muslim. Sehingga mudah buat kita menjadi Muslim.
Namun, kita harus sadar bahwa menjadi Muslim saja belumlah cukup. Kita harus menjalani proses membaca sebagaimana Rasulullah SAW dan para Sahabat juga menjalaninya.
Wallahu alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat