Banyak orang tua yang bangga melihat anaknya mampu membiayai keperluannya sendiri. Ada yang sanggup mencari uang untuk keperluan sekolahnya. Ada juga yang telah bekerja dan tidak lagi meminta uang jajan kepada orang tuanya.
“Anak yang mandiri adalah anak yang sanggup bangun sendiri saat shalat subuh, lalu pergi ke masjid tanpa harus disuruh,” kata Direktur Kokoh Keluarga Indonesia ArRahman Qur’anic Learning (KKI AQL) ini lagi.
Menurut Bendri, anak yang sanggup mencari uang untuk keperluannya sendiri memang bagus. Anak memang harus dididik agar memiliki kemampuan bisnis atau tanggungjawab finansial.
Namun, jangan buru-buru menilai mereka telah mandiri jika bangun subuh saja masih susah. Sebab, anak yang masih sulit bangun sendiri saat menjelang shalat subuh sebetulnya masih abai dengan tanggungjawab pribadinya, sekaligus tak memiliki kemampuan untuk meraih begitu banyak keutamaannya.
Di sisi lain, kata Bendri lagi, banyak orang tua yang salah kaprah dalam mendidik anak-anaknya yang masih remaja. Para orang tua menganggap wajar bila anak remajanya belum serius menjalankan syariat atau menunaikan kewajibannya selaku Muslim. “Maklumlah, masih remaja!” kata Bendri meniru alasan para orang tua tersebut.
Padahal, jika seseorang sudah masuk usia baligh, tak ada bedanya di mata Allah SWT antara remaja, anak muda, atau orang tua. Bila mereka melakukan kesalahan maka telah berlaku dosa atas mereka sebagaimana para orangtua. Jadi, tak ada lagi pemakluman kepada mereka.
Karena itu, kata Bendri, persiapkanlah anak sebaik mungkin sebelum mereka menginjak masa baligh. Jangan menganggap remeh jika mereka masih malas bangun subuh. Jangan katakan, “Ah, maklum. Mereka kan masih remaja.” Ini berbahaya! ***
(Dipublikasikan oleh www.hidayatullah.com pada Ahad, 4 Maret 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat