Senin, 16 Oktober 2017

Haji Itu Perkara Iman

"Lihatlah, dunia mereka hanya sebatas ini saja," jelas Farid Ahmad Okbah, pimpinan Yayasan al-Islam Bekasi, Jawa Barat, kepadaku seraya menggerakkan telunjuknya melingkar ke depan, ke arah deretan tempat makan dan belanja di terminal keberangkatan haji bandara internasional Soekarno Hatta yang mewah.

Hari itu, 21 Agustus 2017, menjelang sore, para tamu Allah telah berkumpul di terminaal 3 Bandara Soekarno Hatta.  Beberapa jam lagi, tepatnya pukul 20.00, pesawat Saudi Arabia akan membawa kami terbang menuju Jeddah.

Sudah tiga jam kami menunggu di terminal ini. Farid Okbah baru saja tidur seraya menggeletakkan tubuhnya di atas semen pembatas taman kecil di terminal tersebut, sebelum mengajakku mengobrol. 

"Itu tempat makan, dan itu tempat belanja," kata Farid lagi seraya menunjuk toko perlengkapan perjalanan dan cafe di depannya.

Manusia menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bekerja. Hasilnya dihabiskan untuk berbelanja, membeli makan atau barang-barang yang mereka sangka bisa membuat mereka bahagia.

Tapi benarkah mereka itu bahagia? "Tidak! Mereka itu kebingungan," jelas Farid lagi. "Mereka tak akan menemukan kebahagiaan sampai ada iman di hati mereka." 

Demikian juga dengan haji. Tak akan ada orang yang suka menghabiskan uang begitu besar, waktu begitu banyak, berpisah berhari-hari dengan anak dan isteri, menuju suatu tempat yang gersang dan panas, untuk berpayah-payah melaksanakan ritual yang menguras habis tenaga, kata Farid, kalau bukan karena iman.

Dengan iman, perjalanan haji yang amat melelahkan, akan terasa nikmat. Sebab, segala kelelahan akan terbayar dengan janji Allah SWT lewat lisan Rasul-Nya, sebagaimana diriwayatkan oleh Thabrani.

"Keluarnya kamu dari rumah menuju Baitul Haram ...,” kata Rasulullah SAW, “ ...maka setiap tanah yang diinjak kendaraanmu, Allah akan menuliskan untukmu sebuah kebaikan dan menghapuskan dosamu."

"Adapun wukufmu di Arafah...," kata Rasulullah SAW lagi, "... maka Allah turun ke langit dunia dan membanggakan manusia di hadapan malaikat seraya berfirman, 'Mereka adalah hamba-hamba-Ku. Mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu dari segenap penjuru yang jauh. Mereka mengharapkan rahmat-Ku dan takut akan azab-Ku, padahal mereka tidak melihat-Ku. Lalu bagaimana bila mereka melihat-Ku?"

"Seandainya engkau mempunyai dosa sebanyak pasir yang menggunung, sejumlah hari-hari umur dunia, atau pun tetesan hujan, maka Allah akan menyucikannya darimu."

"Adapun lemparan jumrahmu, maka dia disimpan untukmu. Begitupun pemotongan rambutmu, setiap helai rambut yang jatuh adalah bernilai satu kebaikan."

"Lalu jika engkau telah bertawaf di Baitullah, maka engkau telah terbebas dari dosa-dosamu seperti saat engkau dilahirkan ibumu.”

Dengan begitu banyak faedah haji ini, rasanya tak akan ada manusia yang tak tergiur untuk menunaikannya.  Tentu saja, semua itu karena iman. ***


(Dipublikasikan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Oktober 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat