Jumat, 04 Juli 2025

Pentingnya Humas Bagi Sebuah Organisasi

Sebuah organisasi massa pasti ingin dikenal oleh publik. Jika upaya mereka mengenalkan diri berjalan alami saja, hasilnya tak akan memuaskan. Perlu bagian khusus yang bertugas menangani hal ini. Bagian tersebut bernama Hubungan Masyarakat, atau disingkat Humas.   


Berikut mindmap (alur berpikir) dari pertanyaan, "Mengapa organisasi membutuhkan Humas?" 


Dari mindmap di atas kita bisa melihat dua hal penting terkait Humas. Pertama, organisasi harus dikenal baik oleh masyarakat (publik). Karena itu, perlu strategi agar masyarakat tahu, paham, lalu tertarik, dan mau mendukung apa yang dicita-citakan organisasi.

Kedua, akan selalu ada orang atau lembaga yang tak suka dengan organisasi yang kita kelola, baik dengan visi, misi, orang-orang yang terlibat di dalamnya, atau kegiatan yang dilakukan. Mereka ini akan senantiasa menghalangi, bahkan --jika mungkin-- menghancurkan organisasi kita. 

Dari dua hal tersebut kita bisa simpulkan dua fungsi utama Humas. Pertama, fungsi promosi. Kedua, fungsi antisipasi dampak negatif atas informasi atau berita yang beredar tentang organisasi kita.

Fungsi promosi paling efektif dan efisien bila dilakukan lewat media. Saat ini media paling murah dengan jangkauan sangat luas adalah media online, baik lewat website atau media sosial (termasuk youtube). Media-media inilah yang akan kita gunakan untuk membangun opini yang baik kepada publik.

Hanya saja, media tidak bisa berdiri sendiri tanpa didukung organisasi. Media tak akan bisa membuat berita tanpa disediakan "bahan baku". Salah satu bentuk dari bahan baku tersebut adalah program yang bermanfaat bagi publik. 

Semakin banyak program tentu semakin bagus. Ibarat pistol, semakin banyak pelurunya maka akan semakin banyak pula tembakannya. Program adalah salah satu "peluru" yang akan "ditembakkan" kepada publik.  

Tentu saja program bukan satu-satunya bahan baku yang bisa "dimainkan" oleh Humas untuk dibentuk menjadi konten publikasi. Selain program, bisa juga karakter baik yang dimiliki organisasi. Misalnya, manhaj, jati diri, visi, misi, karakter, dengan segala implementasinya.

Hanya saja, kedua hal di atas kebanyakan sangat bersifat internal. Padahal, publik bukan bagian internal organisasi. Publik bagian eksternal! Jadi, besar kemungkinan publik tak akan tertarik dengan berita-berita (atau artikel) seperti itu.

Karena itu, berita-berita jenis ini perlu "ditembakkan" secara terencana. Ibarat seorang penembak jitu, ia tak akan mengeluarkan sembarang peluru tanpa tahu siapa dan di mana target yang akan dia bidik.

Jadi berita-berita seperti itu harus "ditembakkan" oleh para kader organisasi tersebut kepada orang-orang yang memang ia incar. Misal, calon donatur, para pejabat publik yang hendak ia dekati, atau calon anggota baru yang sedang ia bujuk.

Namun, fungsi promosi tak boleh berhenti sampai di sini. Humas perlu memproduksi "peluru" yang bisa ia tembakkan ke banyak tempat (publik). Nah, jenis "peluru" seperti ini memerlukan bahan baku yang tak mudah. Yakni, pernyataan atau penegasan organisasi tentang keberpihakan kepada persoalan/kepentingan publik. 

Humas tentu tak bisa langsung membuat pernyataan kepada publik bila ada isu menarik untuk disikapi. Yang bisa membuat pernyataan adalah pimpinan organisasi. Minimal sekretaris jenderal (sekjen). Humas hanya mengemas dan mempublikasikannya saja. Kalau pun Humas harus bicara di depan wartawan, tetap dalam koridor keputusan yang telah ditetapkan organisasi.

Biasanya, pernyataan keberpihakan organisasi dilakukan lewat siaran pers. Produknya tak sekadar dipublikasikan di media internal, tapi juga dikirimkan kepada media eksternal sehingga terbaca oleh masyarakat luas.

Umumnya, media eksternal tertarik memberitakan hal-hal terkait kepentingan publik. Apalagi bila momennya tepat dan dikemas dengan cara yang menarik.

Hanya saja, pernyataan publik sebuah organisasi harus betul-betul memperhatikan kebijakan politik organisasi dan kesiapan para pemimpin organisasi bila pernyataan tersebut digali lebih dalam oleh jurnalis.

Misalnya, bila organisasi telah mengeluarkan sikap dukungan (keberpihakan) kepada pemerintah, maka pernyataan yang mengkritik kebijakan/sikap pemerintah tentu tak sejalan dengan strategi politik organisasi. Padahal, biasanya, pernyataan yang mengkritik pemerintah lebih disukai publik.

Ketakutan yang berlebihan serta ketidaksiapan organisasi untuk mengeluarkan pernyataan pers bisa menyebabkan Humas kesulitan untuk menjalankan fungsi promosi kepada eksternal.

Baiklah, kita akan lanjutkan kembali pembahasan ini di lain waktu. Insya Allah. *** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat