Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar berpesan agar Ormas Islam Hidayatullah bisa menjaga nilai-nilai Islam di tengah masyarakat yang plural. Penegasan ini disampaikan Menang saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) VI Hidayatullah 2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa (21/10/2025).
"Ormas Hidayatullah mencerminkan watak pemimpin umat (yang) al-khair (baik)," jelas Menag. Ia juga mengakui bahwa selama ini Hidayatullah mampu menjaga nilai-nilai Islam di tengah masyarakat yang majemuk.
Sikap yang baik sesuai dengan nilai-nilai Islam ini diperlukan untuk menjaga kesatuan bangsa dan pada akhirnya akan mendukung percepatan pembangunan nasional.
Tema Munas Hidayatullah kali ini adalah “Sinergi Anak Bangsa Menyongsong Indonesia Emas 2045.” Munas diikuti hampir seribu peserta, berasal dari para pengurus wilayah dan daerah serta utusan dari berbagai amal usaha dan badan usaha Hidayatullah.
Menag menambahkan bahwa di era modern sekarang ini, menjadi ulama bukanlah perkara mudah. Dakwah kini menuntut pendekatan yang cerdas, profesional, dan kontekstual.
“Kita harus tahu kapan bersikap sabar dan kapan bersikap tegas. Kita tidak boleh memaksakan pendapat di tengah masyarakat yang plural. Namun, ketika menyangkut prinsip, kita harus teguh dan konsisten,” pesan Menag.
Lebih lanjut, Nasaruddin menyoroti makna kata “Hidayatullah”. Menurutnya, Hidayatullah memiliki akar yang dalam.
"Hidayatullah berasal dari (kata) hidayah. Akar katanya ‘hudan’. Jadi Hidayatullah artinya petunjuk yang berasal dari Allah,” ujar Nasaruddin.
Menurut Menag, dalam tradisi Islam, hidayah merupakan bentuk bimbingan langsung dari Allah kepada manusia agar hidup dalam kebenaran.
Ia menekankan pentingnya memahami siapa pemberi petunjuk dalam perspektif tauhid, bahwa hanya Allah-lah sumber hidayah yang hakiki. Sedangkan manusia hanya menjadi perantara penyampai pesan kebenaran.
“Si pemberi petunjuk adalah Al Hadiy (Yang Maha Pemberi Petunjuk). Jika yang memberi petunjuk itu manusia, maka petunjuk itu disebut irsyaad, yang memberi petunjuk disebut al mursyid,” terang Nasaruddin.
Menag kemudian memperkenalkan istilah “irsyaadul ‘ibadh” sebagai konsep lanjut dari hubungan antara manusia yang membimbing dalam kebenaran. Menurutnya, relasi antara “Hidayatullah” dan “irsyaadul ‘ibadh” menjadi jembatan konseptual dalam membangun peran umat Islam yang berfungsi sebagai penuntun moral masyarakat.
“Mursyid itu siapa, kita kenal apa yang disebut dengan irsyaadul ‘ibadh. Ada Hidayatullah, ada irsyaadul ‘ibadh,” jelasnya.
Dari pemahaman ini lahirlah generasi umat yang menjadi pembawa petunjuk di tengah masyarakat. Ia menyebut hal itu sebagai cita-cita luhur yang perlu diwujudkan oleh seluruh anggota Hidayatullah. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat