Senin, 20 Juni 2016

Hati-hati, Komunis Bangkit!

Maka apakah mereka (penduduk suatu negeri) merasa aman dari azab Allah (yang datangnya tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman kecuali orang-orang yang merugi. (Al A’raf [7]: 99)

o0o

Sebagian kita mungkin beranggapan bahwa komunisme mustahil bangkit kembali di Indonesia. Sebab, paham komunis bertentangan dengan Pancasila, juga bertentangan dengan Islam, agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk negara ini.

Karena anggapan ini maka sebagian dari kita merasa tak perlu risau melihat aksi terang-terangan partai berlambang palu arit belakangan ini. Tak perlu risau meski mereka mulai berani menggelar seminar atau simposium tentang paham yang mereka anut.

Tak perlu risau meski mereka telah menerbirtkan sejumlah buku dan jurnal, berpromosi di jejaring sosial, dan memamerkan atribut komunis yang mereka kenakan tanpa rasa takut. Bahkan, tak perlu risau meski mereka telah mendesak agar pemerintah meminta maaf karena merasa telah dizalimi di masa lampau.

Lantas, benarkah kita tak perlu risau dengan aksi terang-terangan mereka ini?

Tidak! Kita harus risau! Sebab, pertama, ajaran yang diusung oleh Karl Marx dan Lenin ini bertentangan dengan Islam. Mereka menganggap agama adalah candu. Agama, kata mereka, hanyalah pelarian bagi mereka yang tak mampu memberontak melawan tiran. Pada akhirnya, paham seperti ini, menggiring pengikutnya menjadi atheis.

Kedua, masyarakat Indonesia masih gemar ikut-ikutan. Bahkan, terhadap paham yang amat tak masuk akal sekalipun, bisa tumbuh subur di negeri ini. Lihatlah Salamullah pimpinan Lia Eden. Meski Lia terang-terangan mengaku penjelmaan dari Malaikat Jibril dan anaknya adalah Nabi Isa --sesuatu yang amat tak masuk akal-- tetap saja pengikutnya banyak.

Lihat pula Ahmad Musadeq. Ajaran yang ia bawa telah nyata difatwa sesat oleh Majelis Ulama Indonesia dan sang pemimpinpun telah dikerangkeng oleh aparat, tetap saja ia dipuja banyak orang. Bahkan belakangan, kelompok sesat ini telah bermetamorfosis menjadi Gafatar, yang beberapa bulan lalu sempat menggemparkan warga Kalimantan.

Di sisi lain, sebagian dari masyarakat di negara ini tergoda untuk ikut aliran ekstrim dalam beragama (ghuluw). Mereka melakukan teror di tempat-tempat umum.  Bahkan mereka tak segan-segan membunuh sesama Muslim.

Ketiga, komunis bukanlah ideologi kemarin sore. Mereka punya sejarah perjuangan yang panjang.  Coba buka kembali lembar sejarah di tahun 1948 tentang Muso yang memimpin pemberontakan PKI merebut Madiun, Jawa Timur.

Memang, pemberontakan ini mampu dibasmi oleh TNI Divisi Siliwangi. Namun, hanya dalam waktu tujuh tahun PKI mampu bangkit, bahkan menjadi partai pemenang urutan keempat pada pemilu 1955. Pada tahun 1965, mereka sudah berani melakukan revolusi atas negara

Jelaslah bahwa mereka tidak mati, bahkan tidak tidur. Mereka terus bergerak dalam senyap seperti rayap. Bila hari ini sedikit demi sedikit mereka bangkit, boleh jadi mereka memang telah mempersiapkannya.

Jadi jelaslah bahwa kita perlu risau, bukan karena takut kepada mereka, melainkan karena takut datangnya azab Allah SWT disebabkan kita abai dan tak mau peduli dengan persoalan-persoalan yang menerpa umat ini.

Wallahu a’lam.


(Diterbitkan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Juni 2016)