Kamis, 04 September 2014

Inilah Sejarah ISIS

Maraknya fenomena ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) –atau disebut pula Islamic State (IS)--- belakangan ini membuat sejumlah tokoh Islam, ulama, organisasi Islam, serta para wartawan yang tergabung dalam Jurnalis Islam Bersatu, merasa perlu untuk berkumpul guna membahas persoalan ini.

Berita-berita di internet tentang ISIS.

Salah satunya digagas oleh Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI). Pertemuan berlangsung di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada 10 Agustus 2014.

Dalam pertemuan itu diutarakan siapa sebetulnya ISIS, bagaimana cikal bakal, sejarah, serta perkembangannya hingga sekarang, serta respon kaum Muslim di Indonesia atas fenomena ini.

Tulisan ini adalah rangkuman dari pertemuan tersebut, dilengkapi sejumlah data dan wawancara dengan berbagai sumber guna memperkaya laporan ini. Tulisan ini telah dipublikasikan di Majalah Suara Hidayatullah edisi September 2014. Selamat mengikuti!

Dari Irak Menuju Khilafah

Cikal bakal ISIS telah dimulai sejak bertahun-tahun lalu, tepatnya sejak Presiden Amerika Serikat yang ketika itu dijabat oleh George W Bush, mengerahkan armada perangnya ke Afganistan dan Irak. Lalu, Abu Mus'ab Az Zarqawi, tokoh yang sebelumnya memiliki pengalaman perang di Afghanistan, merintis berdirinya Jamaah Tauhid wal Jihad di Irak.

Beberapa lama kemudian, Abu Mus'ab berbaiat kepada Usamah bin Ladin, pimpinan tertinggi al-Qaidah. Setelah itu, jamaah ini berganti nama menjadi Tanzim al-Qaidah fi Biladil Rafidain, semacam perwakilan al-Qaidah di Irak.

Lalu Abu Mus'ab menggabungkan beberapa kelompok jihad di Irak, termasuk tanzim al-Qaidah yang ia pimpin, dan diberi nama Majelis Syuro Mujahidin. Majelis ini dipimpin oleh Abu Hamzah Al-Muhajir. Abu Hamzah juga tokoh al-Qaidah yang kurang populer di kalangan intelijen Amerika Serikat.

Pada 7 Juni 2006, Abu Mus'ab gugur dalam sebuah serangan bom di Baquba, Irak. Akibatnya, kepemimpinan jamaah menjadi kosong.

Karena kekosongan ini maka pada 15 Oktober 2006, Abu Umar al-Baghdadi, seorang pemimpin pemberontak Sunni di Irak yang juga kurang popular di kalangan intelijen Amerika Serikat, memproklamirkan berdirinya ISI (Islam State of Iraq).

Berdirinya ISI, pada awalnya, bertujuan untuk menaungi laskar-laskar mujahidin Sunni di Irak. Dan, pembaiatan Abu Umar sebagai amir ISI, telah direstui oleh Usamah bin Ladin, pimpinan tertinggi al-Qaidah. Sebab, sebelumnya dia telah mendapat penjelasan mengenai siapa Abu Umar al-Baghdadi dari Abu Hamzah al-Muhajir.

Pada tahun 2010, melalui sebuah operasi militer gabungan Pemerintah Irak dan Amerika Serikat, Abu Hamzah al-Muhajir dan Abu Umar Al Baghdadi, tewas terbunuh. Setelah kejadian ini, pada Mei 2010, Abu Bakar Al Baghdadi diangkat oleh para pejuang di Irak sebagai pengganti Abu Umar Al Baghdadi.

Siapa Abu Bakar al-Baghdadi? Nama aslinya ialah Abu Du’a, alias Ibrahim bin Awad bin Ibrahim Al-Badri ar-Radawi al-Husseini as-Samara’i. Ia diduga lahir tahun 1971 di Samarra.

Tahun 2003 ia bergabung dengan Jaysh Ahlal Sunnah wal Jamaah. Lalu pada tahun 2006 kelompok ini menggabungkan diri dan berbaiat kepada Abu Umar al-Baghdadi. Abu Bakar diangkat sebagai pemimpin Komite Syariah di ISI. Sejak tahun itu juga, diduga, ia mulai memakai nama al Baghdadi.

Meskipun Abu Bakar telah menduduki posisi penting di ISI, namun Usamah bin Ladin pada awalnya tak mengenalinya. Apalagi, menurut Dr Ayman, orang nomor dua di jajaran al-Qaidah setelah Usamah bin Ladin, para pemimpin ISIS bukanlah mereka yang memiliki sejarah "tarbiyah di medan jihad" kecuali Abu Mus'ab Az Zarqawi dan Abu Hamzah al-Muhajir.

Usamah kemudian meminta Athiyatullah Al-Libi, amir Tanzhim Al-Qaeda wilayah Afghanistan dan Pakistan (Khurasan), untuk mengupayakan riwiyat hidup Abu Bakar. Lalu, pada 29 November 2010, Athiyatullah menyampaikan permintaan ini kepada Dewan Syuro ISI.

Dewan Syuro ISI lantas menyampaikan alasan mengapa mereka memilih Abu Bakar al-Baghdadi. Mereka juga mengaku tak keberatan bila al-Qaidah mau mengganti Abu Bakar dengan pilihan al-Qaidah. Abu Bakar sendiri telah menyatakan kesetiaan kepada al-Qaidah.

Pada 2 Mei 2011, Usamah bin Ladin meninggal dalam sebuah serangan di AbbottĂŁbad, Pakistan. Kepemimpinan al-Qaidah digantikan oleh Dr Ayman al-Zawahiri. Terhadap pemimpin yang baru ini, Abu Bakar juga telah menyatakan kesetiaannya. Bukti-bukt kesetiaan ini setidaknya terlihat jelas pada surat-surat yang dikirimkan Abu Bakar kepada Ayman. Misalnya, surat tertanggal 23 Oktober 2012 dan 31 Maret 2013.

Pada 2011 ada juga sebuah tonggak sejarah yang menarik, yaitu dikirimnya Abu Muhammad Al-Jaulani, pimpinan Jabhah Nusrah (JN), oleh Abu Bakar al-Baghdadi ke Suriah untuk membantu perjuangan kaum Sunni di Negara itu.

Dalam pidatonya, Abu Bakar menyatakan bahwa ketika kaum Muslim di negeri Syam telah tak berdaya melawan rezim Nushairiyah (pimpinan Bashar al Assad), sementara masyarakat internasional berlepas diri dari mereka, "Maka tiada pilihan bagi kami kecuali bangkit untuk menolong mereka."

Lalu, berangkatlah al-Jaulani ke Suriah pada Agustus 2011 bersama tujuh atau delapan tentara ISI yang asli kelahiran Suriah. Meskipun baru berjumlah sedikit, pada Desember 2011, mereka telah melancarkan serangan ke kantor keamanan wilayah, kantor cabang Intelijen Angkatan Udara, Security branch, dan Kementerian Dalam Negeri.

Selanjutnya, peran al-Jaulani dan JN mulai terasa di kalangan para pejuang Suriah. Ia sempat membentuk Lajnah Syar’iyyah (Komite Syariah) yang bertujuan memadamkan api perselisihan di barisan pejuang Suriah. Lajnah tersebut beranggotakan tokoh-tokoh dari berbagai faksi terkemuka di Negara itu.

Namun, pada Selasa, 9 April 2013, Abu Bakar al-Baghdadi memproklamirkan berdirinya ISIS. Rupaya, ia berkeinginan kuat untuk memperluas wilayahnya, bukan sekadar meliputi Irak, tapi juga Suriah.

Sehari setelah itu, tepatnya pada Rabu, 10 April 2013, al-Jaulani mengeluarkan pesan lewat audio berdurasi 7 menit 15 detik, berjudul Haula Saahat asy-Syam (Seputar Kondisi Medan Syam), dan dilansir oleh media Al-Manarah al-Baidha’, sebagai sayap media Jabhah Nushrah, yang isinya mengklarifikasi berdirinya ISIS.

Menurutnya, pendirian tersebut tidak melalui proses “pemberitahuan terlebih dahulu” serta tidak ada “musyawarah dan pemberian perintah” dari amir. Bahkan, kemudian, al-Jaulani menolak untuk bergabung bersama ISIS, dan lebih memilih berbaiat secara langsung kepada Dr Ayman az-Zhawahiri sebagai pemimpin tertinggi al-Qaidah.

Pada tanggal 15 April 2013, Dr Ayman mengeluarkan perintah agar ISIS dibekukan sampai sengketa antara ISIS dan JN selesai. Perintah ini bahkan diikuti oleh perintah pembubaran ISIS pada 23 Mei 2013.

Abu Bakar tak sependapat dengan perintah tersebut. Maka, pada 23 Juli 2013, ia mengirimkan surat kepada seorang kepercayaan Dr Ayman yang isinya tidak setuju dengan keputusan al-Qaidah. Surat ini kemudian dibalas oleh Dr Ayman dengan pernyataan resmi pada 22 Januari 2014 bahwa mereka tidak lagi memiliki hubungan dengan ISIS.

Setelah berpisah dari al-Qaidah, perkembangan ISIS rupanya tak berhenti. Abu Bakar al-Baghdadi bahkan mendeklarasikan berdirinya Khilafah Islamiyah (Islamic State atau IS) pada 29 Juni 2014. Ia sendiri dibaiat menjadi khilafah Islam.

Pidato perdana sang khilafah disampaikan pada 1 Ramadhan lalu. Dalam pidato tersebut ia mempersilahkan kaum Muslim di seluruh dunia untuk bergabung bersama mereka di Raqqah. Bahkan, dalam pidato itu, Indonesia disebutnya sebanyak dua kali, untuk hijrah ke Raqqah, Suriah.

Seruan sang khalifah ini digaungkan ke mana-mana, dan diikuti penyebaran video pembaiatan, serta video pembantaian secara sadis, yang disebar melalui media-media sosial dan media-media massa.  ***

(Bersambung ke tulisan 2: Ramai-ramai Tolak ISIS)