Rabu, 13 Februari 2013

Rahang Buaya Amat Sensitif

Kulit buaya boleh saja amat tebal. Jauh lebih tebal dibanding kulit manusia. Namun dalam hal sensitivitas, kulit buaya, terutama di bagian rahang, ternyata jauh lebih sensitif ketimbang manusia. Tak percaya?

Sejumlah peneliti di Amerika Serikat telah membuktikan hal ini. Mereka, sebagaimana dilaporkan Ella Davies, dari BBC Nature belum lama ini, telah melakukan investigasi terhadap kulit rahang buaya. Penemuan mereka kemudian dipublikasikan di jurnal Experimental Biology.

Bila Anda perhatikan pada rahang buaya, juga aligator (buaya yang amat besar), terdapat bintik-bintik hitam dan sedikit menonjol. Bentuknya seperti kubah kecil.

Bintik-bintik tersebut ternyata dibangun dari sel-sel khusus. Sel-sel inilah yang membuat kulit pada bintik-bintik itu lebih sensitif ketimbang ujung jari manusia.

Para ilmuwan ahli syaraf menduga bintik2 hitam tersebut memainkan peran dominan atas reaksi luar biasa pada reptil air ketika mereka tengah berburu.

Mengapa bintik-bintik hitam ini terdapat pada rahang? Apa istimewanya rahang pada buaya. Sang peneliti, Duncan Leitch, dari Vanderbilt University, Nashville, AS, mengatakan, "Rahang buaya memang spesial"

Sebab, rahang pada buaya berfungsi sebagaimana tangan pada manusia. Leitch menjelaskan bahwa buaya tidak memiliki lengan yang cukup besar untuk memegang atau mencabik2 mangsa. Lengan buaya terlalu kecil. Karena itulah buaya menggunakan rahang untuk menggantikan fungsi lengannya.

Bahkan, rahang buaya juga digunakan untuk membuka telurnya, memindahkan anaknya, dan berbagai sikap kepedulian lainnya.

Rahang buaya dipenuhi oleh titik-titik yang menjendul. Selama ini para ilmuwan tidak mampu menjelaskan kegunaannya.

Teori sebelumnya menyatakan bahwa bintik-bintik benjol tersebut memiliki fungsi sebagai penerima reaksi elektrik atau magnetik dari lingkungannya. Sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana arus dan kadar garam air di sekelilingnya.

Di dalam laboratorium, Mr Leitch melakukan ujicoba bagaimana reaksi bintik benjol tersebut terhadap berbagai stimulasi. Ternyata dia menemukan tidak ada reaksi atas salinitas atau medan elektrik. Namun ia bereaksi atas sentuhan, serupa dengan kulit manusia.

Di bawah mikroskop, dia menemukan ada banyak ujung-ujung syaraf di dekat permukaan kulit bintik2 tersebut. Dia juga menemukan struktur yang amat sensitif terhadap tekanan (sentuhan) dan getaran.*