Minggu, 17 Februari 2013

Mendemo Allah

Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara utuh, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah [2]: 208)

Kasus perkosaan yang marak terjadi di ibukota beberapa bulan lalu sempat memunculkan pertanyaan: siapa yang harus disalahkan? Kaum Hawa atau Adam?

Diskusi ini sebetulnya tidak  penting, meskipun kerap muncul di televisi dan menjadi bahan opini media massa. Korban pemerkosaan tentu tidak memerlukan diskusi seperti ini. Yang mereka perlukan justru empati masyarakat atas musibah yang menimpanya.

Namun, kaum liberal kerap mengaitkan kasus pemerkosaan ini dengan aturan agama yang menurut mereka terlalu memojokkan perempuan. Kata mereka, tak ada hubungannya antara cara perempuan berpakaian dengan maraknya kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan.

Mereka seolah-olah ingin mengatakan kepada kaum perempuan bahwa pemicu kasus perkosaan adalah pikiran kaum laki-laki yang kotor, bukan pakaian kaum perempuan yang seronok.

Coba simak ungkapan Yenny Wahid, putri almarhum Abdurrahman Wahid, ketika diwawancarai sebuah televisi swasta awal Januari lalu tentang masalah ini. Katanya, jumlah perkosaan di Arab Saudi yang mewajibkan kaum perempuan menutup aurat justru lebih tinggi dibanding negara-negara Eropa yang perempuannya buka-bukaan.

Padahal, pandangan ini keliru. Data statistik menunjukkan jumlah kejahatan pemerkosaan tertinggi dari 116 negara yang diteliti justru diduduki negara-negara Eropa. Adapun Arab Saudi berada di urutan bawah.

Simak pula kupasan tajuk sebuah media harian nasional yang ditulis pertengahan Januari lalu. "Hal ini (sikap merendahkan perempuan) mirip seperti sikap yang selalu menyalahkan cara perempuan berpakaian ketika muncul kasus pemerkosaan. Laki-laki seakan tidak bisa disalahkan dan perempuan selalu dalam posisi yang salah."

Bahkan sekelompok perempuan tak lagi sekadar berdiskusi, namun unjuk aurat di Bundaran HI Jakarta, menantang segala upaya yang ingin mengatur cara mereka berpakaian.

Naudzubillahi min dzalik! Tak sadarkah mereka bahwa pada hakekatnya mereka bukan memprotes manusia melainkan mendemo Allah SWT yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui?

Wahai kaum pendemo Allah SWT, sesungguhnya Islam begitu memuliakan kaum perempuan. Islam secara tegas mengutuk tindak pemerkosaan. Pelaku pemerkosaan, menurut Islam, harus dikenakan hukum rajam sampai mati atau hukum cambuk dan disaksikan oleh  masyarakat luas. Sementara kebanyakan kaum liberal menolak hukum mati atas dasar kemanusiaan. Coba bandingkan, mana sesungguhnya hukum yang lebih adil?

Wahai kaum yang ragu dengan ketentuan Allah SWT, Islam memang mewajibkan kaum Hawa untuk menutup tubuhnya agar terlindungi dari tindakan yang tak diinginkan. Namun, Islam juga mewajibkan kepada kaum Adam untuk menundukkan pandangannya manakala berpapasan dengan kaum Hawa. Apakah ada hukum lain yang lebih adil ketimbang hukum demikian?

Sungguh Allah SWT Maha Tahu atas fitrah seluruh ciptaan-Nya. Tak perlu lagi ragu terhadap ketentuan Allah SWT.

Adapun manusia, amat banyak keterbatasannya. Ilmu manusia dibanding ilmu Allah SWT jauh lebih sedikit ketimbang setitik air di tengah lautan. Masihkah kita mau berkiblat pada hukum yang dibuat manusia?

Wallahu a'lam.


(Dipublikasikan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Februari 2013)