Jumat, 01 Juni 2012

Liberalisme Juga Melanda Patani

Serangan liberalisme rupanya tak sekadar melanda Indonesia yang memiliki jumlah penduduk Muslim terbesar. Masyarakat Muslim Patani, yang tinggal di kawasan selatan Thailand, rupanya tak luput dari serangan ideologi ini. 

"Selama ini masyarakat Muslim Patani tak sekadar mendapat tekanan fisik, namun mereka juga diserang secara pemikiran," ungkap Amir Muhammad, pimpinan rombongan API (Aktivis Pengupayaan Insan) Malaysia, saat mengunjungi kantor Suara Hidayatullah di Jakarta Kamis (31/5). Amir membawa sekitar 20 aktivis dari Malaysia yang berkonsentrasi membantu perjuangan masyarakat Patani, serta dua orang utusan dari masyarakat Patani.

Bentuk serangan pemikiran ini, jelas Amir, misalnya pendangkalan makna jihad. "Berjihad itu cukup dengan cara mencari nafkah untuk keluarga," ungkapnya. Pendangkalan makna jihad ini dimaksudkan agar para lelaki di wilayah ini tak lagi melakukan aksi protes atas tekanan pemerintah terhadap kaum Muslim di wilayah tersebut. Amir menduga serangan leberalisme ini merupakan reaksi atas ketakutan pemerintah terhadap masuknya pemahaman Islam radikal ke Patani.

Syaiful Effendi, pimpinan AMANI Malaysia, LSM yang berada di bawah API yang khusus menangani persoalan Patani, menambahkan, tindakan penekanan aparat kepada kaum Muslim di Patani sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Konflik ini sempat mereda, dan kembali marak pada tahun 2004.

"Banyak aksi pembantaian yang dilakukan aparat keamanan di negeri itu sejak 2004 hingga sekarang, namun beritanya tidak pernah sampai ke luar," jelas Syaiful. Pihak AMANI mencatat, selama tahun 2004, lebih dari 4 ribu anak-anak telah menjadi yatim dan 2 ribu wanita menjadi janda akibat kaum lelakinya "dilenyapkan" oleh aparat.

Anehnya, hampir semua orang yang "dilenyapkan" tersebut berprofesi sebagai imam masjid, ustadz, atau guru. Mereka ini rupanya dinilai oleh pemerintah sebagai orang-orang yang paling berbahaya sehingga perlu "dilenyapkan".

Lalu, pada tahun 2007, sebanyak 10 ribu pemuda Patani berunjuk rasa di sebuah masjid guna memprotes aksi penekanan pemerintah dan aparat terhadap penduduk Muslim di sana. Aksi ini pun, lagi-lagi, tak terdengar beritanya, baik di Malaysia maupun Indonesia.

Menurut Nurhayati, salah seorang penduduk Patani yang ikut dalam rombongan tersebut, penduduk Patani yang pergi ke luar wilayah tersebut, ketika pulang kembali ke kampung halamannya, akan menjadi incaran aparat. Ia akan dicurigai terkontaminasi pemahaman Islam garis keras.

"Apalagi bila ada orang Patani yang datang ke Indonesia. Mereka akan langsung dicurigasi terkontaminasi teroris," jelas wanita bejilbab ini.

(Dipublikasikan oleh situs Hidayatullah Online pada 31 Mei 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat