"Malu itu bagian dari iman, dan iman itu di surga. Sedangkan berkata
keji termasuk perilaku kasar dan kekasaran itu di neraka." (Riwayat Ibnu
Majah)
Coba buka jejaring sosial. Di sana bertebaran beraneka celotehan, foto, bahkan video. Hal-hal yang bersifat pribadi diumbar tanpa malu-malu. Keluh kesah, ghibah, fitnah, dan caci maki bertebaran di mana-mana. Segala hal yang dulu dianggap tabu dan risih, kini diobral ke seluruh dunia.
Jika di dunia maya perilaku manusia sudah banyak yang kebablasan, maka di dunia nyata fenomena tersebut lebih mengkhawatirkan lagi. Korupsi dan manipulasi sudah dilakukan secara berjamaah. Perilaku asusila dan tindakan kriminal sudah dilakukan terang-terangan. Para wanita sudah tak lagi malu berpenampilan seronok.
Lalu, kemanakah hilangnya rasa malu itu? Padahal Allah SWT saja Maha Pemalu, dan Rasulullah SAW juga, menurut Imam Bukhari, amat pemalu laksana gadis yang baru dipingit.
Boleh jadi, inilah awal kehancuran bangsa ini. Sebab, kata Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayat Bukhari dan Muslim, jika Allah SWT hendak menghancurkan suatu kaum (negeri), maka terlebih dahulu Allah SWT akan melepas rasa malu dari kaum itu.
Mari perbaiki sikap malu pada diri kita. Jangan anggap sepele hal ini dan jangan tunda-tunda lagi memperbaikinya sebelum kehancuran itu benar-benar datang.
Wallahu a'lam.
(Diterbitkan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Mei 2015)