Setelah Heraklius menerima surat dari Rasulullah saw., ia memanggil kafilah dagang Bangsa Arab yang saat itu tengah berniaga di Negeri Syam untuk dimintai keterangan tentang Muhammad saw.
Heraklius pernah bernazar, "Jika Tuhan memberinya kemenangan, ia akan berjalan kaki menuju Yerusalem (Baitul Maqdis) untuk mengembalikan Relik Salib Suci (True Cross)." Nazar ini ia ungkapkan ketika Bizantium hampir runtuh karena serangan Persia.
Tanpa terasa kita sudah berada di bulan Agustus, bulan yang penuh makna bagi bangsa Indonesia. Setiap tanggal 17 Agustus, bangsa kita memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Seruan kepada manusia agar selalu menggunakan akal (pikiran) dan hati (qalb) banyak muncul dalam al-Qur’an. Seruan ini sebagai ajakan kepada manusia untuk berpikir, merenung, dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah Ta'ala serta membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Di suatu hari di Madinah, seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang bernama Hanzhalah bin Rabi‘ al-Usaidi, juru tulis wahyu dan seorang mukmin yang saleh, sedang merenung dalam-dalam. Ia merasa ada yang berbeda dalam dirinya, dan perasaan itu membuat dadanya sesak.
Setelah Nabi Isa a.s. diangkat oleh Allah Ta'ala ke langit pada sekitar tahun 30-33 M, ajarannya dilanjutkan para hawariyyun (murid-murid Nabi Isa) di Yerusalem. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 52, “Siapakah penolong-penolongku menuju Allah?” Hawariyyun berkata, “Kami adalah penolong-penolong (agama) Allah.”
Ini adalah kelanjutan dari kisah sebelumnya berjudul Seratus Rumah Untuk Suku Taa Wana. Dalam kisah sebelumnya digambarkan bagaimana Ust Muhaimin "ditantang" oleh Kepala Suku Wana untuk menyediakan 100 rumah agar ia dan warga sukunya bisa tinggal menetap dan menjalankan Islam secara Baik.