Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Majelis Ulama Indonesia pada Kamis, 8 Desember 2022, dibuka dengan pembacaan al-Qur'an surat 'Ali Imran ayat 110 dan 111.
Suasana Mukernas MUI |
Suara merdu sang qori, Muhammad Rohani, mengalun di ruang Hotel Grand Sahid, Jakarta. Semua mendengar dengan khusuk, termasuk Wakil Presiden Kyai Ma'ruf Amin yang juga hadir di acara tersebut.
"Umat Islam adalah umat terbaik yang diturunkan Allah Ta'ala untuk manusia." Begitulah arti ayat yang dibacakan sang qori.
Namun, untuk menjadi manusia terbaik, ada syaratnya. Syarat tersebut tertulis dalam lanjutan ayat tadi, "Menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah dari yang mungkar, serta beriman kepada Allah."
Dewasa ini para ulama telah banyak menyeru kepada umat untuk melakukan perbuatan yang makruf. Hasilnya alhamdulillah, kita telah melihat dan merasakan bersama-sama.
Masjid-masid banyak disinggahi umat Islam ketika tiba waktu shalat fardhu. Para muslimah banyak yang mengenakan jilbab sebagai penutup aurat.
Bahkan, jika kita sering naik kendaraan umum semisal commuter line, kita bisa saksikan jumlah wanita berjilbab jauh lebih banyak ketimbang wanita tak berjilbab.
Ini semua menjadi tanda bahwa gerakan amar makruf telah berjalan baik di negeri ini.
Lalu bagaimana dengan gerakan nahi munkar? Apakah berjalan sama baiknya dengan amar makruf? Rasanya tidak!
Angka kriminal di negara ini masih tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tahun 2020 ada 247.218 kejahatan yang dilaporkan.
Angka ini tentu belum menggambarkan hal yang sebenarnya. BPS sendiri mengakui bahwa kesadaran masyarakat korban kejahatan yang mengadu ke kepolisian masih sangat rendah. Artinya angka yang sebenarnya jauh lebih tinggi.
Belum lagi kasus korupsi, narkoba, zina, dan tindak kemungkaran lainnya. Kasus zina, misalnya, negeri ini belum memberikan tindakan yang bisa menimbulkan efek jera kepada pelakunya. Akibatnya bisa ditebak, jumlah perzinaan masih tinggi di negeri ini.
Begitu pun upaya penanggulangan peredaran narkoba. Bahkan aparat yang seharusnya melindungi masyarakat dari zat berbahaya ini, justru ikut terlibat sebagai pengguna atau peredar.
Negeri ini masih perlu para mujahid yang rela berjuang mencegah kemungkaran sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Ini semua harus dimotori oleh para ulama. Tak bisa lagi ditunda-tunda.
Suasana Rakernas Hidayatullah. |
"Kita harus berlari," ucap Ust Hamim Thohari, Ketua Dewan Pertimbangan Hidayatullah, saat memberi sambutan pada acara penutupan Rapat Kerja Nasional Hidayatullah yang waktunya bersamaan dengan Mukernas MUI.
"Berlari" dalam hal ini, jelas Ust Hamim lagi, bukan sekadar berlari biasa saja, tapi berlari sekencang-kencangnya, seolah-olah kita sedang dikejar binatang buas.
Memang betul! Kemungkaran, jika terus dibiarkan, akan memakan banyak korban. Demikian pula kebenaran, jika tak segera didakwahkan, akan banyak orang-orang tersesat.
Pesan yang menggema di ruang Mukernas MUI di akhir tahun 2022, serta seruan agar kita "berlari kencang" di acara penutupan Rakernas Hidayatullah di penghujung 2022, semoga menjadi penyemangat bagi para dai dan ulama agar lebih giat berkhidmat di tahun 2023 ini.
Wallahu a'lam. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat