Rabu, 28 Desember 2022

Tujuan Kita Tak Sekadar Madinah Sebagai Kawasan, Tapi Peradaban di Dalamnya

Bila perjalanan dakwah Rasulullah s.a.w. kita jadikan patokan perjuangan, maka ujung dari perjalanan panjang perjuangan tersebut adalah terbangunnya Madinah. 

Jamaah Masjid Ar Riyadh, Pesantren Hidayatullah, Gunung Tembak, Kalimantan Timur sedang khusuk mendengarkan tausiyah.

Tapi, benarkah muara dari perjuangan Rasulullah s.a.w. adalah terbentuknya sebuah kawasan bernama Madinah? Mari kita lihat kembali kisah perjuangan Rasulullah s.a.w. yang dimulai dari Makkah. 

Setelah Muhammad s.a.w. diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun, kemudian berdakwah di Makkah selama lebih kurang 13 tahun,  lalu hijrah ke Madinah dan mendakwahkan Islam selama lebih kurang 10 tahun hingga beliau wafat di sana, maka pahamlah kita bahwa Madinah menjadi akhir dari perjuangan Rasulullah s.a.w.

Namun, kita juga harus paham bahwa Madinah --sebagai sebuah wilayah-- bukanlah unsur paling penting dari perjuangan Rasulullah s.a.w. Sebab, Madinah hanyalah sebuah tempat. 

Justru yang jauh lebih penting dari sekadar tempat adalah peradaban yang terbangun di dalamnya. Itulah peradaban Islam.

Jadi, jika kisah sukses Rasulullah s.a.w. ini menjadi acuan, maka muara dari perjuangan panjang kita adalah tegaknya peradaban Islam sebagaimana dulu Rasulullah s.a.w. menegakkannya di Madinah. 

Dulu, Rasulullah s.a.w. membangun peradaban Islam di Madinah hanya butuh waktu sekitar 23 tahun jika dihitung saat beliau diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun. Kita mahfum beliau bisa melakukan itu dalam waktu yang sangat singkat. Sebab, beliau dituntun langsung oleh Allah Ta'ala lewat petunjuk wahyu. 

Ini akan sangat berbeda bila kita ingin melakukan hal yang sama. Wahyu sudah tak lagi turun dan kita bukanlah seorang Nabi. Apalagi orang-orang hebat seperti para sahabat Nabi, sudah sulit didapatkan sekarang ini.

Namun, bukan berarti kita tak bisa membangun Madinah sebagaimana dulu dibangun oleh Rasulullah s.a.w. Bukankah wahyu yang dulu menuntun Rasulullah s.a.w. membangun Madinah masih ada dan terbukukan sampai sekarang? Bukankah jejak-jejak perjalanan Rasulullah s.a.w. dari beliau kecil hingga dewasa dan wafat masih bisa kita dapati lewat riwayat para sahabat beliau?

Apalagi Rasulullah SAW pernah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad Ibn Hanbal dalam _al-Musnad_, "Akan berlangsung nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki, lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung kekhalifahan menurut sistim kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki, lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya."

"Kemudian berlangsung kerajaan yang bengis selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki, lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung pemerintahan yang menindas (diktator) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki, lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian akan berelangsung kembali kekhalifahan menurut sistem kenabian.”

Jadi, kita ikuti saja petunjuk al-Qur'an dan apa-apa yang dulu dilakukan oleh Rasulullah SAW. Insya Allah, peradaban Islam yang dulu pernah dibangun oleh Rasulullah s.a.w. kelak akan terbangun kembali.

Hanya saja, ketika saat itu tiba, mungkin kita sudah tak ada. Bahkan mungkin juga anak cucu kita juga tak ada. Generasi demi generasi akan meneruskan perjuangan itu silih berganti.

Kaum Muslim yang ikut di dalam arus mendirikan peradaban Islam tersebut ---meski tak sampai kepada muaranya--- insya Allah akan mendapat ganjaran bertemu dengan kampung halamannya di surga.

Lantas, seperti apa peradaban Islam yang menjadi cita-cita bersama kaum Muslim tersebut? Kita akan kupas dalam catatan selanjutnya. Insya Allah! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat