Minggu, 04 September 2022

Teluk Palu yang Pendiam

Ini adalah Teluk Palu, Sulawesi Tengah. Letaknya di pantai barat Sulawesi. Empat tahun lalu, teluk ini porak poranda. Tsunami dan gempa bumi telah meluluhlantakkan hampir semua bangunan di pesisir teluk ini.


Ketika bencana itu tiba, cerita masyarakat yang tinggal di sisi teluk, orang-orang panik. Banyak ayah yang terpisah dari anaknya, suami yang terpisah dari isterinya, dan para santri yang tercerai berai dari ustadnya.

Malam yang gelap membuat semakin sulit bagi mereka untuk bertemu satu sama lain. Sebagian dari mereka baru bisa berkumpul kembali setelah subuh, meskipun beberapa di antara mereka hanya bisa bertemu dengan jasad yang sudah terbujur kaku. Sedang sebagian yang lain, tak bisa bertemu sama sekali.

Ya Allah, alangkah mengerikan ketika bencana itu datang.

Peraiaran di Teluk Palu ini tenang. Tak ada ombak. Yang ada hanya riak-riak kecil saja. 

Dari kejauhan, saya melihat dua wanita pendayung tengah bermain-main dengan perahu dayungnya. Sesekali mereka berteriak seraya tertawa senang. 

Siapa yang bisa menyangka air setenang ini bisa berubah menakutkan? Bahkan sejarah mencatat bukan hanya sekali Teluk Palu dilanda tsunami. Setidaknya di teluk ini pernah terjadi tiga kali gempa berkekuatan besar yang disertai tsunami. Pertama tahun 1927, kedua tahun 1938, dan ketiga tahun 2018 yang lalu.

Gambaran kepanikan saat bencana itu datang mengingatkan kita pada penggalan firman Allah Ta'ala di dalam surat Abasa [80], "Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua). Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, lari dari ibu dan bapaknya, lari dari isteri dan anak-anaknya..."

Itulah hari ketika tak ada gunanya lagi penyesalan. Hari ketika manusia sibuk dengan urusannya masing-masing.

Masih ada waktu sebelum hari itu benar-benar tiba. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat