Minggu, 19 Desember 2021

Dua Alasan Literasi Pandemi Berbasis Islam Sangat Tepat

Setiap orang suka berkomunikasi. Itu fitrah manusia. Tak ada manusia yang mau hidup sendiri. Bahkan, ketika Allah Ta'ala menciptakan Adam Alaihissalam, maka manusia pertama di muka bumi tersebut menawar kepada Allah Ta'ala agar diciptakan teman untuknya.


Namun, tak semua orang bisa sabar mendengarkan orang lain bercerita. Apalagi bila cerita yang disajikan tak sesuai dengan seleranya, atau menganggu aktivitasnya. Sudah jelas tak akan diacuhkan!

Di sisi lain, banyaknya informasi di era teknologi internet saat ini membuat pilihan masyarakat akan informasi kian beragam. Persaingan untuk mengambil hati pembaca atau pemirsa kian ketat. Semua ingin berbicara, dan semua ingin didengarkan. 

Lantas, dengan keadaan seperti ini, bagaimana informasi penting bisa  dipahamkan kepada masyarakat? Apakah publik mau menyerap informasi tersebut atau tak mau mengacuhkannya? Kalau pun mau, apakah publik bisa memahaminya? Dan, kalau pun paham, maukah publik menaati atau melaksanakannya?

Inilah sederet persoalan komunikasi publik yang harus kita pecahkan. Di era keterbukaan seperti sekarang ini, pemerintah tak mungkin membatasi akses komunikasi kepada publik. Yang harus dilakukan pemerintah justru memenangkan persaingan komunikasi untuk merebut perhatian publik. 

Di masa pandemi covid-19 yang telah berjalan lebih dari dua tahun, banyak sekali informasi yang harus disampaikan pemerintah kepada publik. Soal vaksin, misalnya, atau soal ajakan untuk mematuhi protokol kesehatan.  

Namun, banyaknya informasi lain yang berseliweran membuat tak semua masyarakat langsung percaya kepada informasi yang disampaikan pemerintah. Akibatnya muncul pro dan kontra. Jika jumlah masyarakat yang pro jauh lebih banyak maka tak akan menjadi masalah. Lalu bagaimana bila yang terjadi sebaliknya?

Karena itu, langkah pemerintah menggandeng ulama yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk membantu berkomunikasi kepada publik adalah sangat tepat. Mengapa? Setidaknya ada dua alasan.

Pertama, Islam adalah agama yang sempurna. Artinya, Islam tak sekadar mengurusi persoalan ibadah ritual atau hubungan antara makhluk dengan Sang Penciptanya saja, namun juga hubungan antara sesama mahluk. Termasuk di dalamnya cara menyikapi datangnya sebuah informasi dari orang-orang yang tidak kompeten agar tidak terjebak dalam perangkap hoaks sebagaimana tertera dalam surat al-Hujarat [49] ayat 6. 

Islam juga menganjurkan umatnya berikhtiar maksimal menghindari wabah penyakit. Islam secara lengkap mengatur tata cara penyikapan terhadap wabah, termasuk menjaga jarak (menghindari potensi penyebar) dan meningkatkan kekebalan tubuh. Bahkan, konsep lockdown pun ada dalam Islam. Semua kajian tentang ini sudah lengkap, tinggal didakwahkan saja.  

Namun, orang-orang yang mendakwahkan nilai-nilai Islam tersebut tak boleh sembarangan. Mereka harus orang yang tepat. Siapa lagi kalau bukan ulama. Mereka memiliki karisma karena kedalaman ilmunya dan kebaikan akhlaknya. Mereka memiliki massa, terutama ulama yang tergabung dalam organisasi-organisasi Islam.

Alasan kedua, jumlah kaum Muslim di negara ini sangat besar. Meskipun sebagian di antara mereka masih awam terhadap Islam, namun kultur bangsa ini sejak dahulu hingga sekarang sangat patuh kepada ulama. Suara ulama selalu didengar oleh masyarakat. Banyak sekali persoalan bangsa yang selesai setelah ulama bersuara.

Di samping itu, bangsa ini sejak lama telah diajarkan tentang rasa takut kepada kemurkaan Allah Ta'ala, dan rasa harap akan ganjaran surga. Patut kita syukuri bahwa kesalehan bangsa ini terus meningkat dari masa ke masa. Jumlah masjid semakin banyak, jamaah pun semakin ramai. 

Hanya saja, metoda penyampaian harus sesuai dengan keadaan pada zamannya. Zaman sekarang, komunikasi publik akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan menggunakan teknologi. Daya jangkaunya luas, praktiknya sederhana, biaya pun minim.  

Dengan demikian, komunikasi publik dengan pendekatan nilai-nilai Islam menjadi tepat. Alhamdulillah saat ini bangsa kita mulai berhasil mengatasi pandemi. Semoga Allah Ta'ala menjaga bangsa ini dari wabah dan menghindarkan bangsa ini dari perpecahan. Aamiin. ***


(Artikel ini dimuat juga di situs www.mui.or.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat