Dakwah, atau mengajak manusia memilih jalan yang lurus, bukanlah sebuah pertandingan. Meskipun ada benturan antara pemilih jalan lurus dan pemilih jalan bengkok, namun sekali lagi, ini bukan pertandingan. Mengaapa?
Dalam pertandingan, kita tak bisa mengetahui dengan pasti mana pihak yang akan menang dan mana yang akan kalah. Boleh jadi di babak pertama, tim A unggul jauh sehingga hampir semua penonon berpendapat bahwa tim A yang akan tampil sebagai pemenang.
Namun, di babak kedua, keadaan bisa berubah. Tim B tiba-tiba menggeliat lalu menyusul perolehan angka tim A. Tak ada yang menyangka justru tim B yang akhirnya menang.
Dalam dakwah, pertarungannya tidak seperti itu. Benturan antara juru dakwah dengan pengikut setan sudah bisa dipastikan siapa pemenangnya. Mereka yang berupaya menegakkan yang haq, atau para pemilih jalan lurus, sudah pasti akan keluar sebagai pemenang. Ini telah digaransi oleh Allah Ta'ala. Tak akan keliru.
Allah Ta'ala berfirman dalam al-Quran surat al-Isra 17] ayat 81, “Dan katakanlah, ‘Yang benar (haq) telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap."
Dalam ayat lain, Allah Ta'ala juga berfirman, “Sebenarnya Kami melontarkan yang haq (kebenaran) kepada yang batil, lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan seketika itu (yang batil) lenyap ... (Al Anbiya [21]: 18)
Jadi, meskipun pada awal benturan para pendakwah mengalami kekalahan; mereka dihina, dilecehkan, dicaci-maki, bahkan disakiti dan disiksa, namun pada akhirnya mereka akan keluar sebagai pemenang. Begitulah fitrahnya.
Dulu pun para Nabi dan Rasul mengalami kepayahan yang sangat; dihina, disakiti, dianggap gila, bahkan dibunuh. Namun, pada akhirnya, yang haq akan keluar sebagai pemenang.
Bukankah pertandingan yang telah diketahui siapa pemenangnya tak layak disebut pertadingan yang sebenarnya?
Satu hal lagi! Benturan antara pemilih jalan lurus dan pemilih jalan bengkok tak bisa dilihat secara orang per orang. Bahkan, tak bisa juga dilihat hanya pada satu generasi saja.
Ini benturan peradaban, bukan perseteruan orang per orang. Para penjuang peradaban Islam akan berusaha menampakkan kebenaran, sedangkan para pengusung peradaban jahiliah akan mati-matian menutupinya agar peradaban yang mereka usung tetap terpelihara.
Allah Ta'ala berfirman dalam al-Quran surat Al Baqarah [2] ayat 42, “Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahuinya."
Lantas, jika memang pada akhirnya peradaban Islam akan menang, maka apa yang harus dilakukan seorang Muslim?
Untuk menjawab ini, kita perlu bertanya kepada diri kita masing-masing: Ada di mana kita saat benturan itu terjadi? Apakah kita terlibat di dalamnya atau asik dengan diri kita sendiri? Apakah kita tetap istiqomah berada di jalan yang lurus atau tergoda untuk pindah ke jalan yang bengkok?.
Bagi para pemilih dan pendakwah jalan yang lurus, segala pengorbanan yang ia lakukan di jalan Allah Ta'ala, baik harta maupun jiwa, adalah demi keridhoan-Nya. Semakin banyak ia berkorban maka semakin banyak ia meraih keridhoan Allah Ta'ala. Dan, otomatis, semakin beruntunglah ia.
Bukankah ciri-ciri orang beriman adalah berjuang dan berkorban? Allah Ta'ala berfirman dalam al-Quransurat Al Hujarat [49] ayat 15, "Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Merekaitulah orang-orang yang benar."
Jadi, ini bukan perkara menang atau kalah. Sebab, soal itu kita sudah tahu jawabannya.
Ini soal keteguhan hati kita untuk tetap berada di jalan yang lurus dan mendakwahkan kepada mereka yang memilih jalan bengkok agar segera menyadari kekeliruannya dan segera memilih jalan fitrah sebelum datangnya hari di mana tak ada gunanya lagi penyesalan.
Wallahu alam ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat