Jumat, 19 Juni 2020

Allah Menyediakan Dua Jalan

Ada satu permintaan seorang Muslim kepada Allah Ta'ala yang diucapkan setidaknya 17 kali dalam sehari. Ihdinash shiraathal mustaqiim. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus (Al Fatihah [1]:6).

Makna permintaan tersebut, menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, bukan sekadar permintaan agar Allah Ta'ala memberikan hidayah berupa ilmu tentang jalan yang lurus. Namun, lebih dari sekadar itu, permintaan agar Allah Ta'ala berkenan memberikan hidayah taufik agar kita mau menerima kebenaran (jalan yang lurus) dan mau menaatinya (meniti jalannya)

Apa itu jalan yang lurus? Dijelaskan dalam ayat selanjutnya, "(Yakni) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka. Bukan (jalan) mereka yang dimurkai. (Dan bukan pula jalan) mereka yang sesat." 

Para ahli tafsir dari kalangan ulama Salaf bersepakat dalam memaknai kata sirat, yakni mengikuti perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Namun, secara lebih spesifik, sejumlah ulama membuat kesimpulan bahwa sirat adalah Kitabullah atau al-Quran. Beberapa ulama lain menyimpulkan bahwa sirat adalah Islam.

Sirat, bila berpedoman dari surat al-Fatihah ayat terakhir, tentu saja bukan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang dimurkai (al maghdhuub) dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat (ad-dhoooliin). Al magdhuub, menurut ulama, adalah kaum Yahudi. Sedangkan ad-dhoooliin adalah orang-orang Nasrani.

Ada juga yang menafsirkan bahwa orang-orang yang dimurkai berarti orang-orang yang paham tentang jalan yang lurus itu namun menolak untuk mengikutinya. Sedang orang-orang yang sesat adalah orang-orang yang sama sekali tidak memiliki ilmu dan pemahaman tentang jalan lurus tersebut. 

Jika ada jalan yang lurus, maka tentu ada jalan yang bengkok. Yakni, jalan yang menyelisihi Islam, al-Quran, Nabi dan Rasul, serta para Sahabat dan generasi salaf. 

Tentang jalan yang bengkok ini, Allah Ta'ala beberakali menyebutkannya di dalam al-Quran. Misalnya, dalam surat al Kahfi [18] ayat 1, "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (al-Qur'an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok."

Di dalam surat Ibrahim [14] ayat 3, Allah Ta'ala juga menyebut jalan yang bengkok. "(Yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada (kehidupan) akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan (jalan yang) bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh."

Jalan yang bengkok adalah jalan setan dan para pengikutnya. Merekalah yang menginginkan agar jalan yang ditempuh manusia tidak lagi lurus. Mereka membujuk rayu manusia agar lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat. Mereka menjadikan kehidupan dunia jauh lebih penting. Bahkan, mereka menggoda manusia agar melupakan sama sekali kehidupan akhirat. 

Mari kita renungkan sejenak, jalan mana yang kita ikuti saat ini? ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat