Ada yang menarik dari omongan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, mengomentari khabar merebaknya virus corona di negeri ini awal Maret lalu. Ia memberi saran agar masyarakat banyak berdoa supaya dijauhkan dari virus ini.
Saran ini tak sekadar diucapkan Terawan satu kali, tapi berkali-kali. Yang menarik, publik justru menertawakan saran ini. Mereka menuding Pak Menteri tidak serius menangani masuknya virus yang kini telah dianggap pandemi oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Laman media sosial dipenuhi ungkapan nyinyir. Bahkan Majalah Tempo menyebut Terawan sembrono.
Tentu saja wajar apabila publik menertawakan Pak Menteri jika memang terbukti tak becus menangani masuknya virus corona di negeri ini. Namun, menertawakan Pak Menteri karena menganjurkan masyarakat agar berdoa kepada Sang Khaliq, itu sungguh tak wajar.
Anjuran berdoa, meminta keselamatan dari Sang Pencipta, ketika datang musibah, adalah langkah yang tepat. Bahkan para ulama menganjurkan agar mendahulukan doa sebelum melakukan hal lain.
Tentang hal ini, Ustadz Aqib Junaid, anggota Dewan Mudzakarah Hidayatullah, dalam tausiyah selepas Magrib pada pertengahan Maret 2020 menyitir sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. "Apa yang Allah kehendaki terjadi, pasti akan terjadi, dan apa yang Allah tidak kehendaki terjadi, pasti tidak akan terjadi."
Jadi, kata Aqib, Allah-lah yang menghendaki munculnya virus corona. Sewajarnya, kita meminta kepada Sang Pencipta virus ini agar dihindarkan darinya. Tidak ada kekuatan yang mampu menandingi kehendak-Nya. Bahkan, andai semua mahluk di muka bumi ini bersekutu untuk mencegah sesuatu terjadi, bila Allah menghendali terjadi, pasti akan terjadi. Begitu pun sebaliknya. Tak ada yang sulit bagi Allah Ta'ala.
Sehelai daun, kata Aqib, tak akan bisa jatuh dari tangkainya tanpa sepengetahuan dan seizin Allah Ta'ala. Di dalam al-Quran surat Al Anam [6] ayat 59, Allah Ta'ala menyatakan hal ini. "Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya. Tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui oleh-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalamkegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."
Bila hal kecil saja bisa terjadi dengan izin Allah, apalagi hal besar seperti musibah. Allah Ta'ala pasti berkendak untuk mengaturnya. Hanya saja, yakinkah kita akan hal ini? Tak semua orang meyakininya. Syahadat yang kita ucapkan sebagai pengakuan bahwa kita adalah Muslim, tidak otomatis menjadikan kita yakin. Sebab, keyakinan butuh proses yang dimulai dari ber-iqro.
Jadi, janganlah menertawakan doa. Boleh jadi, musibah yang melanda kita saat ini karena kita jarang berdoa. Wallahu alam. ***
Sabtu, 14 Maret 2020
Menertawakan Doa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat