Minggu, 30 September 2018

Tiada Putus Asa, Melainkan Kaum Kafir

Nabi Ya'qub Alaihis Salam pada suatu ketika memerintahkan kepada anak-anaknya untuk pergi mencari Nabi Yusuf Alaihis Salam dan saudaranya Bunyamin ke negeri Mesir. Sebelum anak-anaknya pergi, Nabi Ya'qub berpesan agar mereka tidak berputus asa.

"Hai anak-anakku ...," kata Nabi Ya'qub sebagaimana diabadikan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat Yusuf [12] ayat 87, "... pergilah kalian, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." 

Ada hal menarik dari pesan Nabi Ya'qub ini. Yakni, mengapa rasa putus asa itu hanya ada pada orang-orang kafir? Mengapa seorang Mukmin sejatinya tidak mungkin berputus asa?

Putus asa adalah perasaan tidak memiliki harapan lagi. Seseorang akan mengalami putus asa bila tak mampu bersabar atas musibah yang menimpanya. Misalnya, ia gagal, lalu frustasi. Atau, ia sedang diuji, lalu tak kuat dengan ujian tersebut.

Seorang Muslim yang mengimani bahwa tidak ada sesuatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah Ta'ala, pasti tak akan mengalami putus asa.

Ini dinyatakan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat At-Taghabun [64] ayat 11. "Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Bila seorang Muslim sedang diuji, maka dia yakin itu adalah kebaikan untuknya. Ini diungkap oleh Rasulullah SAW dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hakim. “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya maka Dia menyegerakan hukuman baginya di dunia, sedang apabila Allah menghendaki keburukan pada seorang hamba-Nya maka Dia menangguhkan dosanya sampai Dia penuhi balasannya nanti di hari kiamat.” 

Jadi, setiap kali seorang beriman ditimpa musibah maka hanya ada dua hal yang ia yakini. Pertama, Allah Ta'ala akan menolong dirinya menghadapi persoalan yang sedang ia hadapi. Kedua, Allah Ta'ala sedang mengujinya dan itu baik untuknya.

Adapun orang kafir, tak mengimani semua itu. Mereka menganggap dunia ini adalah tempat untuk menggapai kesenangan. Bahkan banyak di antara mereka yang tak mempercayai adanya Hari Berbangkit, surga, dan neraka. Wajarlah bila mereka amat mungkin dilanda putus asa.

Sementara orang beriman, kata Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat Ali Imran [3] ayat 185, menganggap kehidupan di dunia ini hanyalah kesenangan yang memperdaya. 

Bahkan, sebagaimana disebutkan juga oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat al An'am [6] ayat 32, bagi orang beriman, kehidupan di dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau belaka. Adapun negeri akhirat, itu jauh lebih baik.

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat