Senin, 30 Oktober 2017

Rindu Kainama Kepada Baitullah

Rasa rindu Agustinus Christofel Kainama kepada Ka'bah pagi ini, 25 Agustus 2017, terobati. Begitu juga rasa rinduku. Usai shalat subuh di pinggiran Masjidil Haram, kami melangkah masuk ke ruang tengah.

Lalu, kotak hitam itu terlihatlah. Kotak hitam yang pertama kali dibangun oleh tangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, serta tangan Rasulullah SAW saat meletakkan hajar aswad di tempatnya.

Sebetulnya, Kainama sudah pernah melihat Ka'bah sebelumnya. Tahun 2012, pria kelahiran Ambon ini mendapat kesempatan mengunjungi Baitullah.

Tapi selepas itu, mantan pendeta Gereja Zebaot, Bogor, Jawa Barat mengaku selalu rindu dengan Baitullah. "Saya selalu ingin ke sini dan berdoa agar bisa ke sini lagi," jelas pria yang pernah kuliah di jurusan Liturgi Teologi, Leiden ini. Seluruh biaya kuliah ketika itu ditanggung oleh Gereja Zebaot.

Allah SWT ternyata mengabulkan doanya. "Ini benar-benar seperti mimpi. Allah ternyata memberi kesempatan kepada saya untuk melihat Ka'bah lagi," tutur Kainama.

Kainama memeluk Islam pada tahu  2011. Namun, beberapa tahun sebelum itu, ia sudah gundah gulana dengan agamanya yang lama. 

Setelah memeluk Islam, Kainama malah gencar mengajak teman-temannya  memeluk Islam. "Yang paling mengesankan adalah ketika saya mensyahadatkan orang di bawah Salib," tutur Kainama. Ia memang sering berdakwah di gereja, lalu mensyahadatkan jamaahnya ketika mereka masih berada di rumah peribadatan itu.

Buat mualaf seperti dirinya, Ka'bah adalah sesuatu yang menakjubkan. "Ketika seorang mualaf baru pertama kali melihat Ka'bah, dia bisa menangis," cerita Kainama menjelang kami memasuki gerbang Masjidil Haram.

Mengapa? Sebab, melihat Ka'bah di depan mata terasa seperti Allah SWT memperlihatkan seluruh kesalahan kita di masa lalu, kemudian kita menyesalinya. Bahkan, seorang mualaf seperti dirinya bisa pingsan ketika shalat di dekat Ka'bah.

Sungguh beruntung Kainama. Allah SWT telah memberangkatkannya kembali ke Baitullah dengan mudah. ***

(Dipublikasikan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Oktober 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat