Senin, 01 Agustus 2016

Pendustakah Kita?

"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam." (Muttafaq Alaih).

o0o

Rasulullah SAW, lewat sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, sebagaimana disebutkan di awal tulisan, mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga lisan. Jika berbicara tak memberikan kebaikan, sebaiknya kita diam saja.

Dulu, makna diam dalam Hadits tersebut sederhana saja. Seseorang bisa menjaga dirinya dari perkataan yang sia-sia hanya dengan mengunci mulutnya.

Kita pun bisa dengan mudah mengenali siapa orang yang banyak omong dan mudah pula memberinya nasehat tentang Hadits ini.

Tapi kini, setelah perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat, makna "berbicara" menjadi luas. Orang yang pendiam belum tentu terbebas dari peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah SAW tadi.

Seseorang yang gemar menyendiri di dalam kamar, belum tentu tersisih dari dunia luar. Ia masih bisa menjelajah ke balik tembok kamarnya, meluncur ke luar rumahnya, bahkan bisa berselancar hingga ke luar negeri, tanpa harus beranjak dari tempat tidurnya.

Ia bisa bertukar informasi dengan orang-orang di luar, atau menggosip dengan sahabat-sahabatnya, tidak dengan suara, melainkan dengan sentuhan jari-jarinya ke atas tombol-tombol huruf di laptop atau ponselnya.

Perkembangan teknologi informasi menyebabkan semua orang kini bisa memperoleh informasi dengan mudah dan menyebarkannya pula dengan gampang. Informasi berseliweran di mana-mana dan orang-orang berlomba ingin menjadi "yang pertama" menyebarkannya.

Tak jelas lagi siapa saja perawi (periwayat) dari informasi yang kita terima. Tak jelas pula bagaimana sanadnya (rantai berita).

Tak tahu apakah di antara perawi tersebut ada sejumlah pendusta? Atau, apakah ada yang gemar melebih-lebihkan informasi? Jangan-jangan ada pula di antara perawi yang ingin menangguk keuntungan dari tersebarnya informasi tersebut.

Tak pasti apakah sanad-nya sampai kepada pembawa berita yang pertama? Atau, apakah terputus di tengah jalan (diada-adakan)?

Ada banyak sekali pertanyaan yang seharusnya dijawab sebelum informasi tersebut disebar. Sayangnya, banyak yang mengabaikannya. Mungkin saja kita termasuk salah satu di antaranya. Naudzubillahi min dzalik.

Padahal Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah, pernah berkata, "Cukuplah bagi seseorang disebut pembohong jika ia mengatakan setiap apa yang ia dengar," (Riwayat Muslim).

Jangan-jangan, tanpa disadari, kita juga termasuk pendusta. Kita tak mampu menahan diri untuk ikut menyebarkan informasi di jejaring sosial. Kita abai menahan jemari walaupun mampu menahan mulut.

Inilah tanda-tanda akhir zaman sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah SAW. Beliau besabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa salah satu tanda akhir zaman adalah timbulnya fitnah sehingga tak ada satu pun rumah yang tak dimasuki olehnya.

Dulu, kita masih bisa menyelamatkan keluarga kita dari fitnah dengan menyuruh mereka masuk ke dalam rumah. Tapi sekarang, sumber fitnah itu sendiri telah bercokol di dalam rumah kita, di dalam kamar kita, bahkan di dalam genggaman kita.

Ya Allah, lindungilah kami dari semua itu! ***


(Diterbitkan oleh Suara Hidayatullah, Agustus 2016)