Jumlah Muslim di Kabupaten Raja Ampat minoritas. Menurut Sekretaris
Daerah Raja Ampat, Dr Yusuf Salim, jumlah pemeluk Islam di kabupaten ini
hanya 35 persen.
"Namun kita harus bersyukur bahwa di sini bupatinya seorang Muslim," kata Yusuf saat bertatap muka dengan rombongan Komunitas Muslimah untuk Kajian Islam (KMKI) di Masjid Agung Raja Ampat, Papua Barat, Kamis malam.
Pemilihan kepala daerah Raja Ampat berlangsung belum lama ini, tepatnya pada Desember 2015. Terpilih sebagai pemenang adalah pasangan Abdul Faris Umlati dan Manuel Piter Urbinas. Sebelumnya, Raja Ampat tak pernah dipimpin seorang Muslim.
Dengan demikian, Raja Ampat adalah kabupaten/kota kedua di propinsi Papua Barat yang bupati/walikotanya Muslim. Yang pertama adalah Fakfak. Adapun jumlah seluruh kabupaten/kota di Papua Barat ada 12.
Agama mayoritas di Raja Ampat adalah Protestan. Jumlahnya, kata Yusuf, hampir dua kali lipat penganut Islam. Sedang penganut agama lain sedikit sekali.
Meskipun Raja Ampat dipimpin seorang Muslim, jelas Yusuf lagi, bukan berarti tugas dakwah selesai. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Misalnya, bagaimana mengajak kaum Muslim agar gemar memakmurkan masjid, terutama saat shalat lima waktu.
"Di masjid Agung ini saja masih sedikit sekali masyarakat yang shalat berjamaah di masjid," tutur Yusuf.
Sementara itu Ust Fadzlan Garamatan, ketua Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) menyatakan rencana menggelar jambore dakwah AFKN internasional di Raja Ampat. "Jika tak ada halangan, jambore akan dilaksanakan Desember tahun ini," jelasnya di depan Sekretaris Daerah Raja Ampat.
Sebagai kegiatan awal jelang jambore tersebut, AFKN bersama KMKI menggelar Prajambore pada 19-23 Mei 2016. Acara tersebut diikuti sekitar 70 anggota majelis taklim di Jakarta.
Mereka, selain membagi-bagikan bantuan kepada masyarakat Raja Ampat, juga mengajarkan sejumlah keterampilan seperti memasak, menjahit, meluruskan rambut, dan keterampilan menghias.*
(Artikel ini dimuat di situs Hidayatullah.com pada 21 Mei 2016)
"Namun kita harus bersyukur bahwa di sini bupatinya seorang Muslim," kata Yusuf saat bertatap muka dengan rombongan Komunitas Muslimah untuk Kajian Islam (KMKI) di Masjid Agung Raja Ampat, Papua Barat, Kamis malam.
Pemilihan kepala daerah Raja Ampat berlangsung belum lama ini, tepatnya pada Desember 2015. Terpilih sebagai pemenang adalah pasangan Abdul Faris Umlati dan Manuel Piter Urbinas. Sebelumnya, Raja Ampat tak pernah dipimpin seorang Muslim.
Dengan demikian, Raja Ampat adalah kabupaten/kota kedua di propinsi Papua Barat yang bupati/walikotanya Muslim. Yang pertama adalah Fakfak. Adapun jumlah seluruh kabupaten/kota di Papua Barat ada 12.
Agama mayoritas di Raja Ampat adalah Protestan. Jumlahnya, kata Yusuf, hampir dua kali lipat penganut Islam. Sedang penganut agama lain sedikit sekali.
Meskipun Raja Ampat dipimpin seorang Muslim, jelas Yusuf lagi, bukan berarti tugas dakwah selesai. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Misalnya, bagaimana mengajak kaum Muslim agar gemar memakmurkan masjid, terutama saat shalat lima waktu.
"Di masjid Agung ini saja masih sedikit sekali masyarakat yang shalat berjamaah di masjid," tutur Yusuf.
Sementara itu Ust Fadzlan Garamatan, ketua Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) menyatakan rencana menggelar jambore dakwah AFKN internasional di Raja Ampat. "Jika tak ada halangan, jambore akan dilaksanakan Desember tahun ini," jelasnya di depan Sekretaris Daerah Raja Ampat.
Sebagai kegiatan awal jelang jambore tersebut, AFKN bersama KMKI menggelar Prajambore pada 19-23 Mei 2016. Acara tersebut diikuti sekitar 70 anggota majelis taklim di Jakarta.
Mereka, selain membagi-bagikan bantuan kepada masyarakat Raja Ampat, juga mengajarkan sejumlah keterampilan seperti memasak, menjahit, meluruskan rambut, dan keterampilan menghias.*
(Artikel ini dimuat di situs Hidayatullah.com pada 21 Mei 2016)