Aku punya buku harian. Di dalam buku tersebut tercatat segala aktivitasku dengan sangat detil. Ya, detil sekali.
Saking detilnya, tak ada satu peristiwa pun yang terlewatkan. Laporan para wartawan senior yang telah berbilang tahun mewarta berbagai peristiwa di dalam dan luar negeri pun kupastikan kalah detil dengan catatan di buku harianku ini.
Bahkan, buku harian ini tak sekedar detil, tapi juga lengkap mencatat segala aktivitasku setiap hari, setiap pekan, setiap bulan, dan setiap tahun.
Data yang tercatat pun tak mungkin salah. Bisa kupastikan, ia benar semua!
Jadi jelaslah bahwa ini bukan buku harian biasa. Ini buku harian istimewa. Ya, istimewa. Sebab, bukan aku yang menulis buku harian ini. Ia ditulis oleh malaikat yang senantiasa mengawasiku, berada di sisi kiri dan kananku, serta selalu hadir di mana pun aku berada.
Sebenarnya, bukan hanya aku yang memiliki buku harian ini. Semua manusia memilikinya. Bahkan, buku ini akan menyertai kita, seakan tergantung di leher kita, hingga ajal menjemput kita.
Tentang buku ini, Allah SWT menjelaskannya dalam al-Qur'an surat Qaf [50] ayat 17 dan 18, “(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
Pada surat Al Infithar [82] ayat 10-12, Allah SWT juga menjelaskan, “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Bahkan, lewat buku harian ini, kita kelak akan menghisab diri kita sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an surat Al Isra’ [17] ayat 13-14, “Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. 'Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu'.”
Wallahu a’lam.
Saking detilnya, tak ada satu peristiwa pun yang terlewatkan. Laporan para wartawan senior yang telah berbilang tahun mewarta berbagai peristiwa di dalam dan luar negeri pun kupastikan kalah detil dengan catatan di buku harianku ini.
Bahkan, buku harian ini tak sekedar detil, tapi juga lengkap mencatat segala aktivitasku setiap hari, setiap pekan, setiap bulan, dan setiap tahun.
Data yang tercatat pun tak mungkin salah. Bisa kupastikan, ia benar semua!
Jadi jelaslah bahwa ini bukan buku harian biasa. Ini buku harian istimewa. Ya, istimewa. Sebab, bukan aku yang menulis buku harian ini. Ia ditulis oleh malaikat yang senantiasa mengawasiku, berada di sisi kiri dan kananku, serta selalu hadir di mana pun aku berada.
Sebenarnya, bukan hanya aku yang memiliki buku harian ini. Semua manusia memilikinya. Bahkan, buku ini akan menyertai kita, seakan tergantung di leher kita, hingga ajal menjemput kita.
Tentang buku ini, Allah SWT menjelaskannya dalam al-Qur'an surat Qaf [50] ayat 17 dan 18, “(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
Pada surat Al Infithar [82] ayat 10-12, Allah SWT juga menjelaskan, “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Bahkan, lewat buku harian ini, kita kelak akan menghisab diri kita sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an surat Al Isra’ [17] ayat 13-14, “Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. 'Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu'.”
Wallahu a’lam.