Selasa, 25 Agustus 2015

Adakalanya Kita Tak Perlu Marah

Suatu hari sekelompok Yahudi menghampiri Rasulullah SAW dan melontarkan salam bernada ejekan kepada beliau. "Assaamu 'alaika wahai Abu Qasim!" kata para Yahudi itu. Kita tahu bahwa “as-saam” artinya kematian

Lalu, Rasulullah SAW menjawab ejekan mereka dengan mengatakan, "Wa 'alaikum."

Aisyah RA yang menyaksikan peristiwa tersebut langsung marah dan berkata kepada sejumlah Yahudi tersebut, "(Bukan seperti itu), tapi kalianlah yang mati dan tercela."

Rasulullah SAW lalu menenangkan Aisyah. "Wahai Aisyah! Jangan berkata kotor."

Aisyah menjawab, "Apakah engkau tidak mendengar kata-kata mereka, ya Rasulullah?"

Beliau lalu berkata, "Bukankah kata-kata mereka telah aku jawab, dan aku katakan, 'Wa 'alaikum?"

Dari kisah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ini kita bisa melihat betapa santunnya Rasulullah SAW, meski kepada musuh sekalipun. Bila ketika itu Rasulullah SAW terpancing emosinya, maka mungkin saja beliau akan menjawab dengan kata-kata “alaikum” yang bermakna “(Kematian) itu untuk kalian,” sebagaimana disebutkan oleh Aisyah.

Namun, beliau memilih kalimat "Wa 'alaikum," yang menurut Salman al-Audah dalam bukunya  Terima Kasih Musuhku bermakna bahwa kematian akan menghampiri siapa saja, baik orang kafir, maupun kaum Muslim.

Kisah selanjutnya, mari kita belajar pada akhlak Abu Hurairah. Tersebutlah seseorang yang kerap datang ke pintu rumah Abu Hurairah dan melontarkan kata-kata yang menyakitkan kepada Sahabat Nabi tersebut. Namun Abu Hurairah tak membalasnya.

Hingga pada suatu hari, ada orang lain yang dating dan memberitahu Abu Hurairah bahwa orang yang suka menyakitinya itu telah meninggal dunia. Apa reaksi Abu Hurairah menerima informasi ini?

Kemudian, sebagaimana dikisahkan oleh Muhammad bin al-Marzaban dalam Dzamm ats-Tsuqalaa halaman 67, Abu Hurairah berkata, "Tidak ada rasa senang di balik kematian seorang lawan."

Subhanallah! Adakalanya memang kita tak perlu marah kepada orang yang telah menyakiti kita. ***