Rabu, 28 Mei 2014

Dai Menulis dari Sumatera Selatan

Tanjung Marbu, sebuah daerah di utara Kota Palembang, Sumatera Selatan, bukanlah wilayah perkotaan yang ramai penduduknya. Ia hanya sebuah desa kecil di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, yang berpenduduk amat jarang. Kebanyakan rumah dibangun bertiang, berdinding papan, dengan tangga di salah satu sisinya.

Pantas bila sinyal internet di desa ini amat lemah. Penduduk bahkan terpaksa harus pergi mendekat ke kota-kota terdekat bila ingin membuka internet, sekadar untuk mengikuti perkembangan apa yang terjadi di luar sana.

Bila media internet saja sulit diakses, apalagi media cetak seperti koran dan majalah. Jarang sekali ada. Satu-satunya media yang paling gampang diakses di sini hanya televisi.

Kampus Hidayatullah Sumatera Selatan terletak di desa ini. Kampus yang berdiri pada tahun 1992 ini awalnya hanya menempati lahan seluas 2 hektar. Kini, kampus yang didirikan oleh Ust. Amin Mahmud ini, telah memiliki lahan seluas 20 hektar dan dihuni sekitar 150 santri putra dan putrid, ditambah para guru, pengelola yayasan, dan pengurus pimpinan wilayah (PW) Hidayatullah setempat.

Yang menarik, meski berada di daerah pinggiran, namun semangat menulis para santri, guru, pengelola yayasan dan pengurus wilayah amat besar. Terbukti, salah satu rekomendasi dari Rapat Kerja PW Hidayatullah Sumatera Selatan beberapa bulan lalu adalah membenahi pengelolaan website dan buletin internal yang mereka punya.

Tindak lanjut rekomendasi ini, PW telah mengundang Kepala Biro Humas Pimpinan Pusat (PP) Hidayatullah, Mahladi, untuk mengisi daurah (pelatihan) menulis selama dua hari, Ahad dan Senin, pada 30-31 Maret lalu. Daurah berisi segala hal tentang teknik menulis dan pengelolaan website.

Daurah ini diikuti oleh seluruh pengurus PW dan Pimpinan Daerah (PD), para guru madrasah serta beberapa santri Hidayatullah. “Saya baru menyadari betapa efektifnya berdakwah dan menyuarakan gagasan lewat tulisan,” ujar Budiman, salah seorang peserta daurah dari Lahat, Sumatera Selatan, daerah berjarak empat jam perjalanan dari Tanjung Marbu.

Usai daurah, para peserta diminta komitmennya untuk mulai menulis. Komitmen ini dimotori langsung oleh Ketua PW Hidayatullah Sumatera Selatan, Ahmad. “Mulai hari ini kita semua harus mau meluangkan waktu untuk menulis,” ungkap Ahmad saat memberi arahan kepada para peserta dauroh.

Saat ini PW Sumatera Selatan telah memiliki website yang tetap aktif terupdate meski masih berupa blog. Mereka juga memiliki buletin wilayah yang terbit setiap bulan sekali meski hanya berupa lembar-lembar kertas HVS berukuran A4 yang dilipat dua. Tebalnya 12 halaman

Bahkan, tak seperti kebanyakan PW Hidayatullah di propinsi-propinsi lain di Indonesia yang tak memiliki Biro Humas, PW Sumatera Selatan justru memilikinya. Padahal, Sumatera Selatan bukanlah wilayah yang berpotensi menelurkan berita-berita menarik. Hampir tak terdengar isu wilayah yang menasional di sini.

Gerakan Dai Menulis
Menurut Mahladi, pelatihan jurnalistik di Sumatera Selatan ini sejalan dengan pencanangan Program Dai Menulis yang digagas Biro Humas PP Hidayatullah. Program ini bertujuan melahirkan banyak dai yang pandai menulis sehingga masyarakat akan mengetahui apa saja yang dilakukan dai-dai Nusantara, serta bagaimana buah pikir mereka, utamanya dai Hidayatullah.

Adapun media publikasi yang akan digunakan Hidayatullah adalah website. Sebab, media ini memiliki keunggulan dibanding media cetak. Selain berbiaya murah,  sebarannya juga jauh lebih luas. “Kami berharap kelak seluruh pimpinan wilayah dan pimpinan daerah Hidayatullah memiliki media agar dai-dai di sana bisa aktif menulis,”  jelas Mahladi. *