Kamis, 01 Mei 2014

Hormati yang Tua, Sayangi yang Muda

“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi orang muda di antara kami, dan tidak mengetahui kemuliaan orang-orang yang tua di antara kami. (Riwayat At-Tirmidzy)

Tradisi perpeloncoan hampir selalu ada di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi setiap tahun. Praktik seperti itu tak jarang memakan korban, baik cedera fisik maupun hilangnya nyawa.  Dan, yang sudah pasti, cedera hati.

Bila di dalam pusat-pusat pendidikan saja sudah dibiasakan budaya jahiliah seperti itu, lalu bagaimana di luar? Sudah pasti akan tumbuh subur meski dengan kadar yang berbeda-beda.

Perbedaan status sosial adalah keniscayaan. Tua dan muda, orang baru dan orang lama, kaya dan miskin, majikan dan buruh, bos dan karyawan. Namun, bila perbedaan ini diperuncing dengan perbedaan jarak, maka hubungan menjadi tak harmonis. Yang tua (senior) tak mau menyayangi yang muda (yunior), sedang yang muda tak mau menghormati yang tua.

Padahal, Islam begitu memperhatikan keharmonisan antar individu yang berbeda level sosial tersebut. Sampai-sampai Islam memasukkannya ke dalam salah satu cabang iman.

Tak sempurna iman sesesorang sampai tumbuh pada dirinya sikap kasih sayang (rahmah) kepada yang muda dan hormat (tauqir) kepada yang tua. Bukan malah menghilangkannya.


(Dipublikasikan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Mei 2014)