Sabtu, 08 Juni 2024

Sejarah Bangsa Yahudi Berada di Madinah

Ibnu Mundzir meriwayatkan bahwa dulu ketika Nabi Musa as menunaikan haji ke Baitullah, ada beberapa orang Bani Israil yang ikut serta. Peritiwa ini, menurut Ibnu Mundzir yang mengambilnya lewat dua jalur periwayatan, yakni dari Sulaiman bin Abdillah bin Handzalah al-Ghasil dan Abu Ubaidah bin Abdillah bin Ammar bin Yasir, adalah awal mula kedatangan bangsa Yahudi ke Madinah.

Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah

Ketika rombongan Nabi Musa as pulang dari Makkah, mereka sempat mampir di Madinah. Saat itu mereka memperhatikan bahwa kota Madinah mirip sekali dengan karakter kota diceritakan dalam Taurat tentang tempat bermukimnya nabi terakhir kelak. Sebagian di antara bangsa Yahudi tersebut memutuskan menetap di Pasar Qainuqa, Kota Madinah.

Ini pendapat pertama tentang sejarah kaum Yahudi di Madinah. Ada juga pendapat kedua yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Ketika pasukan Babilonia pimpinan Nebukadnezar II (Bukhtanashar) menyerang Yerusalem pada tahun 587 SM, Bani Israil banyak yang ditawan dan dibawa ke Babilonia untuk dijadikan budak. Sebaagian yang lain berhasil melarikan diri. Mereka menyebar ke berbagai daerah. 

Saat itu mereka tahu bahkan dalam Kitab Taurat digambarkan tentang Nabi terakhir bernama Muhammad yang akan muncul di salah satu wilayah di Arab. Disebutkan pula bahwa ciri wilayah itu adalah banyak ditumbuhi pohon kurma. 

Dalam pelarian tersebut, bani Israil pergi mencari daerah yang disebutkan Taurat tersebut. Mereka melewati semua daerah dari Syam hingga Yaman. Akhirnya, mereka menemukan Madinah yang persis seperti digambarkan Taurat.

Sebagian dari Bani Israil tersebut, yakni Bani Harun, memutuskan untuk tinggal di Madinah. Mereka menunggu datangnya Sang Nabi terakhir yang diceritakan oleh kitab mereka. Namun, hingga mereka beranak pinak dan meninggal, Nabi tersebut belum juga muncul. Sayangnya, anak keturunan mereka tak lagi mempercayai keyakinan para pendahulu mereka ini. Bahkan, ketika Nabi Muhammad yang ditunggu-tunggu kedatangannya ini benar-benar muncul, mereka malah berusaha mengingkarinya.

Ketika Rasulullah saw hijrah ke Madinah dari Makkah, ada tiga suku besar Yahudi yang telah menetap di Madinah, yakni Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Mereka, sebagaimana kebanyakan orang Yahudi, memiliki fanatisme ras yang sangat tinggi.

Pengingkaran ini, pada awalnya tak kentara. Ketika Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah dan membuat perjanjian dengan semua kalangan di wilayah tersebut, bangsa Yahudi berjanji untuk ikut mematuhinya. 

Namun, sebagaimana karakter bangsa Yahudi sejak dulu, mereka ternyata berpura-pursa saja. Nyatanya, mereka tak sekadar ingkar pada perjanjian, namun juga berkhianat. Padahal, Rasulullah saw telah memberi kebebasan kepada mereka untuk tidak masuk Islam dan tinggal di Madinah.

Sebenarnya, kaum Yahudi di Madinah mempercayai keberadaan Nabi sebagai Nabi akhir zaman sebagaimana kakek buyut mereka dahulu.  Namun, karena kesombongan, mereka menolak dan mengingkarinya. 

Allah Ta'ala menjelaskan hal ini dalam al-Qur'an. "Orang-orang Yahudi dan Nasrani telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil), mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui." (al-Baqarah [2]: 146)

Akibat pengkhianatan ini, Rasulullah saw mengusir mereka dari Madinah. Bani Qainuqa adalah suku Yahudi pertama yang diusir oleh Rasulullah saw. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa usai Perang Badar, sekelompok orang dari suku Qainuqa berkata dengan sombong bahwa mereka bisa menang bila berperang melawan kaum Muslim, tidak sebagaimana kaum Quraisy yang kalah di Perang Badar. Inilah penyebab mengapa Rasulullah saw mengusirnya. Mereka seperti duri di dalam daging.

Bani Nazir adalah suku kedua yang diusir Rasulullah saw, tepatnya pada bulan keempat H. Penyebabnya, mereka bersekongkol ingin membunuh Rasulullah saw dengan cara diam-diam. Adapun Bani Quraizhah diusir oleh Rasulullah saw karena mereka membantu kaum musyrikin melawan Muslim pada perang Khandaq. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat