Kamis, 13 Februari 2014

Tahan Amarahmu maka Allah Memujimu

"Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu melampiaskannya maka Allah akan membanggakannya pada hari kiamat di hadapan semua manusia." (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Sebuah media pernah melansir hasil riset tentang dampak meningkatnya kemacetan di daerah Jakarta dan sekitarnya. Ternyata, kemacetan membuat masyarakat mudah tersinggung, gampang marah, dan stres.

Ini sekadar satu saja dari sekian banyak pemicu lahirnya manusia-manusia pemarah di negeri ini. Penyebab lain, keadaan ekonomi yang kian sulit, meningkatnya angka kriminalitas dan kekerasan, serta persaingan kerja yang amat tinggi.

Dengan kondisi seperti itu rasanya sulit bagi kita hidup di kota yang hiruk pikuk ini tanpa marah. Wajar pula bila Allah SWT memuji siapa saja yang berhasil melewati semua keruwetan hidup tersebut tanpa marah. Rasulullah SAW mengabarkan pujian Allah SWT ini dalam Hadits di atas.

Pujian dari Allah SWT seharusnya amat membahagiakan manusia. Pujian dari sesame manusia saja kerap membuat lupa diri. Bayangkanlah bagaimana perasaan kita jika saat ini kepala Negara memuji kita? Bagaimana pula rasanya bila orang yang kita sayangi memuji kita? Betapa berbunga-bunganya hati kita.

Pujian dari Sang Maha Pencipta seharusnya membuat kita lebih berbunga-bunga. Tapi mengapa kita tak pernah berusaha mendapatkan pujian itu dengan sekuat kemampuan untuk menaham amarah? Ini semua terpulang kepada seberapa besar iman kita.

Wallahu a'lam.

(Dimuat di Majalah Suara Hidayatullah edisi Februari 2014)