Senin, 05 September 2011

Syekh Musthafa Ahmad, “Provokator” Jihad Rakyat Palestina

Syekh Musthafa Ahmad Muhammad Al-Qanu’ lahir di Kota Jabaliyah, 66 tahun silam. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengahnya di kota kelahirannya yang bersebelahan dengan Kota Gaza. Kemudian, ia melanjutkan belajar pada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab di Universitas Alexandria, Mesir hingga selesai pada tahun 1967.

Usai lulus, ia mulai bekerja sebagai guru bahasa Arab di Arab Saudi dan Palestina. Selain mengajar, ia kerap memberikan ceramah dan khutbah. Kepada murid-muridnya, ia selalu mengajarkan kewajiban berjihad memerangi Israel. Walhasil, ia akhirnya dipecat dari pekerjaan.

“Ini bagian dari jihad. Sebagai seorang Muslim dan pengajar Muslim saya wajib lakukan ini dengan tegas. Sebab, ini adalah bagian dari membangun generasi penerus Islam. Kami juga harus peduli dengan urusan umat Islam,” tegas suami dari Ummu Said ini.

Meski dipecat, ketegasan ayah dari Said, Ihab, Khodroh, dan Iman ini tidak pupus. Bersama Harakatul Muqawwamatul Islamiyah (Hamas), dari mimbar ke mimbar menyadarkan masyarakat Palestina agar berjuang untuk kemerdekaan Palestina dari penjajah Israel. Akibat keberaniannya itu, tahun 1990, Syaikh Musthafa kembali dipenjara dan diasingkan ke luar Palestina.

Dasar pejuang, selama di luar Palestina, ia membangun perwakilan Hamas di Suriah, Libanon, dan Irak. “Ketika itu saya bersama Khalid Misy’al, sering mengunjungi negara-negara Muslim untuk mendapatkan dukungan,” jelasnya.

Baru pada akhir tahun 2005, Musthafa bisa kembali ke Gaza, setelah penarikan pasukan Israel akibat perlawanan mujahidin Palestina.
Kedekatan Syaikh Musthafa dengan Ismail Haniya sudah terjalin cukup lama. Mereka sama-sama berguru pada Syaikh Ahmad Yasin Allahuyarham, pendiri Hamas. 

“Kami pernah dipenjara dan diasingkan bersama. Kami pun kembali bersama. Kami merupakan keluarga dakwah yang satu,” ujarnya. Makanya, selama 1,5 tahun ini, Syaikh Musthafa ditunjuk menjadi penasihat Ismail Haniya yang kini menjabat sebagai Perdana Menteri Palestina.

Apa penyebab Anda dipenjara dan diasingkan? 

Selain mengajar, kami berkhutbah menyebarkan perlawanan kepada Israel. Itu memang tugas kami di bagian pendidikan dan dakwah, menyeru orang-orang untuk berjihad. Kami juga ikut dalam intifadah.

Israel punya daftar siapa saja orang-orang yang membahayakan. Dalam pandangan Israel, orang Palestina yang baik itu adalah orang mati. Sebab, kalau sudah mati tidak akan melawan dan meminta pembebasan Palestina. Lantaran itu mereka bernafsu sekali membunuh orang Palestina. Israel menjajah Palestina, karena menurut mereka Palestina itu tanah tidak bertuan. Itu jelas bohong dan permainan belaka.

Tanah Palestina sudah dihuni oleh orang-orang Palestina sejak ribuan tahun lalu. Orang Yahudi itu orang asing. Mereka datang dari Amerika, Perancis, Inggris dan negara lain. Sampai sekarang orang-orang Israel punya kewargaan ganda. Mereka punya dua paspor: paspor Israel dan paspor negara asal. Dengan begitu memungkinkan mereka kembali ke negara asal.

Para pendukung Hamas banyak tinggal di Syiria, apakah dengan gejolak di Syiria sekarang ini ada pengaruh dukungan Syria terhadap Hamas?

Hamas punya perwakilan di Syiria. Syiria juga sangat senang dengan keberadaan Hamas di sana. Sekarang ada setengah juta orang Palestina di sana, sejak terusir dari tanah Palestina tahun 1948. Mereka mendapat perlakuan yang baik di sana. Orang Syiria sangat menghormati keberadaan orang Palestina.

Apa yang terjadi di Syiria itu urusan mereka sendiri, kita tidak bisa ikut campur dengan persoalan mereka. Kami sangat ingin semua negara bisa bersama kami membantu kami. Kami tidak ingin menyerang orang lain, baik yang di Gaza maupun yang di seberang. Kami ingin jadi penengah.

Saat ini apa saja kegiatan Anda sehari-hari?

Saya sekarang hanya sebagai penasihat PM Palestina, membantu keseharian PM. Lalu menjadi imam dan khatib di masjid. Saya beberapa kali khutbah di beberapa masjid yang ada di Gaza. Saya juga sering berkunjung ke beberapa negeri di Arab dan negara Muslim lainnya. Ini semua kami lakukan demi mencari dukungan untuk pembebasan Palestina dan Al-Quds.

Kami juga bertanggung jawab terhadap tahanan Palestina yang di tahan penjajah Israel. Tahanan sekarang ada sekitar 70 ribu orang. Sebagiaan mereka ada yang divonis 1000 tahun, karena membunuh tentara Yahudi. Di antara mereka, 130 orang yang divonis 30 tahun. Pokoknya vonisnya tidak ada yang kurang dari 30 tahun. Nail Al-Baruzi dihukum 100 tahun. Beliau masuk penjara masih muda, tapi sekarang umurnya 55 tahun.

Di antara mereka ada para pemuda, jumlahnya sekitar 34 orang. Di antaranya adalah Ahlam At-Tamimi yang dihukum 1600 tahun. Bersama dia ada 33 orang pemuda yang dihukum. Mereka disiksa oleh tentara Israel.
Saya juga bertanggung jawab terhadap taklim, mengajar di desa dan tempat-tempat lain. Guru kalau sudah mencapai 60 tahun, seharusnya sudah pensiun, tapi saya sudah lebih dari 60 tahun.

Anda bisa mengakses tahanan?

Di Tepi Barat orang yang ditahan bertemu keluarga sebulan satu kali. Akan tetapi di Gaza sama sekali tidak boleh bertemu dengan kerabatnya. Mereka yang ada di Gaza dipenjarakan di ruangan yang sempit sekali, 1 meter x 1,5 meter. Karena itu, kami mengajak Muslim di Indonesia untuk mendoakan mereka, agar Allah memudahkan urusan mereka. Hamas bertanggung jawab terhadap kehidupan keluaga yang ditinggal.

Usia Anda saat ini telah 66 tahun, pernah merasakan lelah dalam perjuangan?

Seorang Muslim tidak boleh lelah. Seorang Muslim harus selalu dalam ketaatan di jalan Allah. Sebagaimana Rasul dalam umur 63 tahun, tidak ketinggalan dalam berjihad. Bahkan ada sebagain dari Sahabat yang umurnya 90 tahun. Allah berfirman, “Berjuanglah kamu di jalan Allah, baik dalam keadan ringan dan berat.” Jadi dalam keadaan apa pun, miskin atau kaya, kita harus selalu siap memenuhi panggilan jihad. Kita tidak lupa bahwa Syaikh Ahmad Yasin yang selalu berjihad, syahid pada umur 68 tahun.

Jadi ketika semua di jalan Allah, kita seperti istirahat. Tidak bisa tenang sebelum bertemu dengan Allah. Kami senantiasa bermohon kepada Allah agar bisa mati syahid, senantiasa berjihad dan tidak kabur.

Apakah anak Anda juga terlibat dalam gerakan Hamas dan jihad?

Sudah pasti anak-anak kami mayoritas terlibat dalam jihad dan Hamas. Selagi orang itu mengetahui kebenaran, maka dia akan selalu mengikuti kebenaran.

Bagaimana menjaga semangat jihad? 

Umat Islam itu dalam satu ukhuwah. Seorang Muslim yang tidak peduli urusan umat Islam lainnya, berarti ia bukan golongan Islam. UU yang ada di Indonesia selalu membela negeri-negeri yang terjajah, dan bangsa Indonesia adalah bangsa yang tidak pernah ketinggalan untuk mencari tahu perkembangan Masjid al-Aqsha.

Haji Amin Husaini (dari Palestina) datang sendiri ke Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Padahal ketika itu penjajah Belanda melarang Amin Husaini datang ke Indonesia. Dia tidak putus asa, dia pergi ke Singapura, menyewa pesawat dari sana lalu ke Indonessia. Dia membawa deklarasi pernyataan dari negara-negara Arab dan negara Islam untuk kemerdekaan Indonesia.

Begitu juga kami berharap ada dari Indonesia yang membawa deklarasi dan bendera kemerdekaan untuk Palestina. Kemudian menumbuhkan semangat jihad yang benar, memberikan pemahaman pada generasi-genereasi yang akan datang. Menanamkan kebencian kepada Yahudi. Menolak berdirinya negara Israel. Tidak mengakui Israel, itu berarti pula membantu para mujahidin.

Yang terpenting adalah menjaga niat dalam berjihad. Nabi bersabda, “Semua tergantung pada niatnya.” Semua berjuang sesuai bidangnya untuk membela Palestina. Kami percaya kemenangan itu pasti akan datang. Kami percaya bahwa pemuda Indonesia mempunyai peranan sangat penting untuk memerdekan Palestina dan menumpas penjajah Israel.

Pintu Raffah sudah dibuka, bagaimana perkembangannya? 

Pintu Rafah sudah lebih baik dibandikan era Husni Mubarak. Tapi belum seperti yang kami harapkan, karena memang masih sangat terbatas sekali. Baik itu dari orang Palestina, maupun dari bangsa-bangsa Arab. Pemerintah Mesir menjanjikan kepada kami setelah pemilihan presiden akan mengurangi tekanan kepada Palestina. Mudah-mudahan itu bisa membantu Palestina. Kami sudah bersabar lama sekali. ***


(Dipublikasikan Majalah Suara Hidayatullah edisi September)