Senin, 05 September 2011

Kami Butuh Obat-obatan dan Senjata

Penyerangan Israel laknatullah ke berbagai wilayah di Palestina awal tahun 2009 menyisakan berbagai masalah. Selain infrastruktur yang hancur, banyak korban yang hingga kini tidak tertangani secara baik. Minimnya peralatan kesehatan dan ketiadaan obat-obatan menjadi kendala utamanya.
Terlebih, perangkat persenjataan yang digunakan oleh Israel, seperti: bom uranium, ranjau darat, dan bom fosfor ternyata menyebabkan beberapa penyakit berat. Hal tersebut diungkap Syaikh Musthafa Ahmad Muhammad Al-Qanu’, penasihat Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniya beberapa waktu lalu di Jakarta. Menurutnya, senjata-senjata yang digunakan Israel menimbulkan penyakit berat, seperti kanker, jantung, gagal ginjal, dan gangguan perut pada penduduk Palestina. “Seharusnya persenjataan itu tidak boleh digunakan di dunia,” katanya.
Semua sudah terjadi. Masyarakat Palestina banyak yang menderita. Sudah begitu, mereka masih juga dilarang untuk berobat keluar Palestina. “Kalau pun harus keluar tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan,” kata pria yang pernah dipenjara dan diasingkan oleh Israel ini. Maka dari itu, pemerintah Palestina di bawah pimpinan Ismail Haniya mengajak negara-negara Arab dan negara Muslim lainnya untuk membangun rumah sakit di Palestina.
Ada beberapa negara yang mulai membangun rumah sakit (RS) di Gaza, salah satunya Indonesia. Pembangunan RS Indonesia yang digagas oleh lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) ini dibangun atas donasi dari masyarakat Indonesia. Dalam situs resminya, pembangunan RS Indonesia kini telah mencapai progres 30 persen.
Beberapa waktu lalu, syaikh lulusan Universitas Alexandria Mesir ini bersilaturahim ke kantor majalah Suara Hidayatullah bersama Nur Ikhwan (relawan Mavi Marmara, anggota MER-C). Di hadapan kru majalah ini, Syaikh Musthafa menjelaskan tentang kondisi terakhir umat Islam di Palestina. Ia juga menegaskan bahwa pembangunan RS Indonesia sangat penting di tengah kondisi masyarakat Palestina yang membutuhkan perawatan dan obat-obatan.
Usai memberikan penjelasan, Syaikh Musthfa berkenan melakukan wawancara dengan wartawan majalah Suara Hidayatullah: Ahmad Damanik, Dadang Kusmayadi, dan Mahladi. Berikut hasil wawancaranya.*

Seperti apa kedekatan Fatah dengan Israel?
Ya memang sekarang ini pemerintahan Fatah telah menguasai Palestina, tapi tetap saja di Palestina khususnya di Al-Quds, Mahmud Abbas tidak diperbolehkan masuk. Kecuali di Tepi Barat, Fatah menguasai penuh. Mereka bisa turun tangan di situ, karena Israel banyak berkuasa di daerah itu. Fatah memang berkoalisi dengan Israel. Mereka banyak menahan pejuang Palestina. Yaser Arat pernah bilang bahwasannya, “Yahudi itu sepupu kami. Dia anak Nabi Ishak, sementara saya anak Nabi Ismail.” Padahal Allah telah berfirman, “Sesungguhnya kami akan mendapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap Islam adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik…...” (Al-Maaidah [5]: 82).
Nah, kita mau membenarkan perkataan siapa, ucapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atau ucapan Yaser Arafat.

Bagaimana kondisi politik terakhir di Palestina?
Kondisi politik sekarang, perundingan masih terus digencarkan. Mahmud Abbas meminta agar dihentikan pemasukan orang Israel ke Palestina. Sementara Israel meminta agar bisa terus memasukkan orang Israel ke Palestina. Israel juga masih terus mengepung Masjid Al-Aqsha. Kemudian, pembangunan lorong-lorong di bawahnya untuk merobohkan Masjid Al-Aqsha juga tetap jalan.
Kalau keadaan di Gaza, alhamdulillah tentara Israel tidak ada di sana, karena memang mereka telah keluar pada tahun 2005, ini semua berkat perjuangan para mujahidin. Israel lari dari Gaza, karena takut dengan kaum Muslimin yang tinggal di sana.
Meskipun kini Gaza diblokade dari berbagai penjuru; darat, laut, dan udara, akan tetapi alhamdulillah, pemerintahan di sana yang dipimpin oleh PM Palestina, Ismail Haniya, sudah melakukan kewajibannya dengan baik. Kini, masyarakat di sana merasa aman dan tidak merasakan gangguan yang berarti. Secara umum keadaan di sana masih tenang, tapi memang orang Islam di sana sudah bosan dengan perundingan dengan Israel, sebab sama sekali tidak ada hasil yang menguntungkan kaum Muslimin.

Apa yang paling dibutuhkan oleh rakyat Gaza pada saat ini?
Yang paling dibutuhkan oleh masyarakat Gaza adalah obat-obatan agar orang yang teluka bisa diobati. Masih banyak korban perang yang terluka, serta tidak sedikit mereka terkena penyakit pasca perang dan tentu itu butuh pengobatan.
Selain obat-obatan, banyak juga barang-barang kita sulit masuk, seperti peralatan rumah sakit, peralatan operasi, peralatan pemeriksaan jantung, peralatan cuci ginjal. Banyak lagi seperti onderdil mobil atau motor. Semuanya tidak bisa masuk. Memang ada barang-barang lain yang datang dari sumbangan langsung melalui jalur darat dan lorong di Raffah.
Kami sangat mengharapkan umat Islam dan negara Islam yang mengelilingi Palestina membantu dalam bentuk persenjataan yang bisa menandingi Israel. Seperti Amerika dan Eropa, mereka membantu Israel dengan peralatan perang yang sangat bagus. Kalau kita tidak dibantu, kami kewalahan menghadapi Israel.
Kita harus menghadapi musuh Israel dengan persenjataan yang sebanding. Akan tetapi sampai sekarang kita belum mendapati negara yang bersedia memberikan bantuan persenjataan. Karena itu, mujahid-mujahid Palestina terpaksa membuat sendiri peralatan perang. Lantaran keterbatasan, peralatan yang kami buat itu kuno sekali. Jarak jangkauannya tidak sampai 10 kilometer. Makanya kami butuh pengalaman dalam bidang persenjataan.
Keadaannya memang tidak masuk akal. Kami ini dijajah dan sedang berjuang melawan penjajah. Mengapa kami dilarang mendapat bantuan, sementara penjajahnya, Israel, justru mendapat bantuan persenjataan? Ini menunjukkan ketidakadilan dunia.

Bagaimana dengan bantuan negara-negara Arab di sekitar Palestina, apakah ada bantuan persenjataan?
Kalau persenjatan mereka sama sekali tidak membantu. Tetapi bantuan berupa uang, pakaian dan makanan, mereka memberi. Hanya saja, bantuan itu masih sangat terbatas.
Negara-negara Arab memang memberikan bantuan untuk Presiden Mahmud Abbas. Seharusnya bantuan tadi untuk orang-orang Palestina, tapi malah dibagikan kepada orang-orang Fatah sendiri. Bukan untuk orang Palestina. Baru sisanya diberikan kepada orang Palestina, ini jelas kezaliman.
Soal persenjataan masih diembargo. Bagaimana caranya agar bisa membantu?
Itu semua tergantung negara-negara sekitar, bagaimana bisa memberikan keputusan agar persenjataan itu bisa masuk, serta melarang pemberian persenjataan kepada Israel. Jadi pilihannya cuma dua: memberikan bantuan persenjetaan kepada Palestina atau Israel. Yang menentukan negara-negara Arab itu sendiri.
Kalau bantuan secara pribadi, bisa saja begitu, misalnya bantuan uang, sehingga kami bisa membeli peralatannya.

Bisakah digambarkan seberapa parah rusaknya fasilitas kesehatan di Gaza?
Kami benar-benar diblokade, sampai-sampai orang Palestina yang sakit susah sekali untuk berobat keluar. Andaikan keluar juga utuh biaya yang banyak sekali. Jadi, kami membutuhkan alat-alat kesehatan, karena masih banyak orang yang sakit. Di sana banyak orang yang terkena penyakit kritis: kanker, jantung, gagal ginjal, gangguan perut. Mereka perlu perhatian khusus agar kesehatannya bisa menjadi lebih baik lagi.
Adanya penyakit berbahaya itu akibat Israel menggunakan senjata yang dilarang dunia. Seperti bom fosfor, ranjau darat, dan bom uranium.
Kalau kami punya peralatan dan obat-obatan yang memadai, pasien tentu tidak perlu berobat keluar. Karena itu, kami selalu mengajak negara-negara sekitar untuk membantu pendirian rumah sakit yang maju, yang obat-obatan dan peralatannya lengkap, sehingga bisa membantu orang yang sakit.
Makanya kami sangat senang dengan bantuan Indonesia, seperti MER-C, BSMI, dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, dengan pembangunan rumah sakit Indonesia di Gaza. Terlebih jika selain pembangunan rumah sakit, kami diberi bantuan obat-batan dan dokter-dokter yang ahli di bidang penyakitnya masing-masing, kami lebih senang lagi.
Para dokter itu tidak perlu menetap, bisa bergantian datang ke Palestina. Bantuan-bantuan tersebut memberikan efek positif kepada rakyat Palestina, yakni bahwa kami merasa tidak berjuang sendiri, ada umat Islam di luar yang peduli terhadap perjuangan kami. Insya Allah, setiap Muslim akan membantu kami.
Bantuan tersebut secara tidak langsung juga sebagai bentuk perlawanan terhadap Mahmud Abbas dan Fatah yang telah berkoalisi dengan Israel dan Amerika. Padahal mereka, musuh-musuh itu, tidak akan pernah membantu kamu wahai Fatah. Justru umat Islamlah yang akan membantu kami dan kamu. Karena itu, agar terjalin hubungan yang baik dengan negara-negera Islam yang lain, Fatah atau Palestina secara keseluruhan harus berlepas diri dari Israel dan koalisinya. Seperti dalam Hadits disebutkan bahwasanya seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu tubuh. Ketika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka tubuh lainnya pun akan merasakan sakit.

Di Gaza ada berapa banyak rumah sakit?
Ada beberapa rumah sakit, tapi masih terbilang kuno, seperti di Gaza, Rafah, dan rumah sakit di markas tentara di Jabaliyah. Oleh karena kami masih sangat butuh rumah sakit yang modern, khususnya di daerah-daerah dekat perbatasan dengan Israel.
Selain dari Indonesia, Jordania juga membangun rumah sakit. Tapi lebih kecil. Dari pemerintahan Turki juga ada, tapi untuk mahasiswa di universitas kedokteran. Cuma pembangunan ini masih perlu waktu bertahun-tahun, karena baru permulaan. Karenanya, kami sangat mengharapkan agar pembangunan RS Indonesia bisa lebih cepat. Terlebih letak RS Indonesia ini dekat dengan perbatasan Israel, jadi sangat penting untuk mengangkut korban perang dengan cepat.
Bagaimana pemerintah Palestina mengamankan bangunan yang sudah dibangun ini?
Tidak cuma RS Indonesia yang dikhawatirkan, sudah banyak rumah sakit yang berusaha dihancurkan Israel. Keberadaan RS Indonesia ini juga memberikan kekhawatiran sendiri untuk Israel, karena ini membuat hubungan antara negeri yang membangun dengan Palestina menjadi lebih baik. Banyak RS yang asli buatan Palestina dihancurkan oleh Israel, akan tetapi kalau RS dari luar, itu milik semua umat Islam. Israel takut menghancurkan RS-RS itu, karena akan menyulut kemarahan seluruh umat Islam.

Anda bilang pembangunan RS dari luar memerlukan waktu yang lama, itu disebabkan dananya yang macet atau ada tekanan dari Israel?
Sebabnya, bahan-bahan bangunan sangat langka. Kalaupun ada harganya sangat mahal. Apalagi sekarang Israel juga melarang masuknya barang-barang seperti semen dan kerikil. Kami kemudian berusaha mendatangkan barang-barang tersebut melalui lorong-lorong.
Kami mengharap percepatan pembanguan RS itu, karena khawatir Mesir melarang pengiriman bahan-bahan bangunan atau mereka akan menutup lorong-lorong tersebut secara paksa.*

Dipublikasikan oleh Suara Hidayatullah edisi September

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat