Selasa, 09 Agustus 2011

Remaja, Cintailah Syariat!

"Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu …, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah …” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Remaja gampang meniru dan mudah menyukai sesuatu. Mereka kerap tak peduli apakah yang mereka tiru tersebut positif atau negatif. Mereka juga tak peduli apakah yang mereka sukai itu berbahaya atau tidak.
Belakangan ini, remaja perkotaan mulai menyukai syariat Islam. Entah atas alasan apa mereka akrab dengan kata-kata yang justru saat ini tengah mendapat sorotan negatif sekelompok orang yang tak menyukai Islam.
Rupanya ---seperti biasa--- para remaja itu tak peduli dengan stigma bahwa siapa saja yang suka teriak soal syariat Islam maka ia termasuk kelompok radikal yang berpotensi besar menjadi teroris.
Sebuah penelitian yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) selama Oktober 2010 hingga Januari 2011 mengindikasikan hal ini. Menurut penelitian tersebut 84,8 persen siswa di Jakarta setuju jika syariat Islam diberlakukan di Indonesia.
Survei dilakukan di 59 sekolah swasta dan 41 sekolah negeri di Jakarta. Unikmnya, tak satu pun madrasah diambil untuk sampel.
Begitulah remaja. Mereka berani menantang arus.
Pada penghujung Juni 2011 lalu, sekelompok siswa SMA asal Bogor menunjukkan kebolehan berparade di tengah-tengah konferensi Rajab yang digelar oleh Hizbut Tahrir Indonesia.
Sekitar 100 remaja mengibar-ngibarkan bendera bertuliskan asma Allah di antara pekikan ”Tegakkan syariat!” yang membahana di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Sekali lagi, begitulah remaja. Mereka tak sungkan unjuk keberanian.
Fakta-fakta ini tentu saja menggembirakan kita. Para orang tua tak perlu khawatir dengan fenomena baru di kalangan remaja ini. Sebab, syariat Islam bertujuan mulia. Syariat inilah yang mengubah kehidupan jahiliah bangsa Arab menjadi kehidupan beradab.
Dalam sejarah Islam kita mengenal banyak sosok remaja yang membantu dakwah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebut, misalnya, Abdullah bin Abbas, remaja yang gemar menuntut ilmu, yang lahir tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.
Ada juga sosok Abdullah bin Umar, anak dari sahabat Rasulullah, Umar bin Khaththab, yang tak pernah meninggalkan sepertiga malam kecuali mengisinya dengan shalat tahajjud.
Kalau pun ada yang perlu dikhawatirkan dari fenomena baru di kalangan remaja ini adalah bila kegairahan tersebut bukan didasari oleh kecintaan mereka kepada Islam, melainkan sekadar kegairahan instan.
Bila ini yang terjadi maka bahaya tengah mengancam mereka. Sebab, mereka bisa keliru memahami Islam. Mereka bisa terjerumus ke dalam aliran sesat, atau menjadi alat propaganda pihak-pihak yang tak suka dengan Islam.
Karena itu, kepada para orang tua, bimbing dan dampingilah putra-putri Anda yang tengah diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ini. Ajari mereka dengan ilmu yang benar sehingga kegairahan mereka betul-betul didasari oleh kecintaan mereka kepada Islam.
Bila itu yang terjadi maka Insya Allah negara ini memiliki masa depan yang baik. Sebab, di tangan merekalah negara ini akan diserahkan pada akhirnya kelak.
Wallahu a’lam.

Dipublikasikan Majalah Suara Hidayatullah edisi Agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat