Setelah Nabi Isa a.s. diangkat oleh Allah Ta'ala ke langit pada sekitar tahun 30-33 M, ajarannya dilanjutkan para hawariyyun (murid-murid Nabi Isa) di Yerusalem. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 52, “Siapakah penolong-penolongku menuju Allah?” Hawariyyun berkata, “Kami adalah penolong-penolong (agama) Allah.”
Ajaran Nabi Isa jelas mengesakan Allah Ta'ala. Ini tercantum dalam al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 72, "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Tak ada ada konsep Trinitas atau Isa sebagai Tuhan ketika itu.
Adapun kepemimpinan para pengikut Nabi Isa ini, sepeninggal beliau, diserahkan kepada Ya'qub, saudara Nabi Isa. Dalam sumber Kristen, Ya'qub atau Yakobus disebut juga dengan James the Just. Meskipun disebut "saudara" namun belum tentu ia adalah saudara kandung Nabi Isa. Boleh jadi ia sekadar kerabat dekat.
Hanya saja, dalam literaur Islam, tak disebutkan apakah Ya'qub atau James ini termasuk kelompok Hawariyyun. Al-Qur'an sendiri tidak menyebut nama orang-orang yang tergolong kelompok ini. Sementara dalam tafsir klasik seperti Ibn Katsir dan Al-Qurthubi, tak ada nama Ya'qub disebutkan.
Namun, besar kemungkinan Ya'qub adalah murid dekat Nabi Isa a.s. Sebab, ajaran kelompok yang dipimpinnya sangat dekat dengan ajaran Islam.
Dalam catatan Kristen, Ya'qub atau James memimpin hingga tahun 50 M. Ia dan orang-orang yang dipimpinnya biasa disebut Nazarenes atau Ebionites. Mereka masih percaya bahwa Isa atau Yesus sebagai Nabi dan Mesias, bukan Tuhan. Mereka juga tetap menjalankan hukum Taurat.
Lalu, pada masa yang bersamaan, muncullah Paulus (± 30–60 M). Ia bukan murid Isa (Yesus). Malah, awalnya, ia sangat membenci Yesus dan para pengikutnya.
Namun, sekitar tahun 33-36 M, Paulus mengaku bertemu dengan Yesus (yang sudah diangkat oleh Allah Ta'ala) dalam bentuk cahaya dari langit. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 33-36 M. Setelah itu, Paulus menjadi juru dakwah ajaran Yesus yang ditafsirkannya sendiri.
Ia meyakini bahwa Yesus mati untuk menebus dosa. Ia juga menghapus kewajiban hukum Taurat. Dan, yang paling kontroversial, ia meyakini bahwa Yesus sehakikat dengan Allah Bapa. Dengan kata lain, ia berpendapat bahwa Yesus adalah Tuhan.
Ajaran Paulus menyebar cepat ke Yunani dan Romawi. Ajaran ini berbenturan dengan pengikut James. Benturan ini terus terjadi di wilayah kekuasaan Romawi dalam waktu yang lama.
Seiring berjalannya waktu, pendapat pengikut James (Ya'qub) juga mengalami pengembangan dan memunculkan kelompok baru dibawah kepemimpinan Arius (246-336 M). Ia berpendapat bahwa Yesus adalah Firman Allah yang diciptakan sebelum dunia, tapi bukan Allah yang kekal. Ini tidak sama dengan pemahaman Islam yang menyatakan bahwa Isa a.s. atau Yesus adalah Nabi yang lahir dari rahim Maryam tanpa ayah.
Arius adalah uskup di sebuah gereja kecil di Alexandria, Mesir. Ia memiliki darah Amazigh, yakni penduduk asli Afrika Utara. Ia didduga kuat menjadi murid Lucian dari Antiokhia. Sebab, ajaran Arius sangat mirip dengan ajaran Lucian.
Lucian sendiri meninggal meninggal pada tahun 312 M setelah dieksekusi mati oleh Kaisar Romawi, Maximinus Daia. Sedang Arius terus menyebarkan ajarannya dan memiliki banyak pengikut.
Pada tahun 325 M, Kaisar Konstantinus menggelar Konsili Nicea I untuk mendamaikan dua pendapat yang berseberangan di agama Kristen, yakni pendapat bahwa Yesus adalah Tuhan dan pendapat sebaliknya. Arius juga diundang dalam Konsili ini. Namun, konsili ini justru membuat keputusan yang tak berpihak kepada Arius.
Yesus, diputuskan dalam konsili ini, sehakikat dengan Allah Bapa. Artinya, Yesus diputuskan sebagai Tuhan, sedang pandangan sebaliknya yang dianut kelompok Arius dan Nazarenes dinyatakan bid’ah dan dilarang beredar.
Setelah kejadian itu para pengikut Nazarenes, Arius, dan mereka yang berpendapat bahwa Yesus bukan Tuhan pindah ke luar Kekaisaran Romawi. Ada yang menyebar sampai ke Arabia (disebut dalam sejarah Najran), ada pula yang berada di Negeri Syam, Irak, Yaman.
Sebagian dari mereka adalah pengikut ajaran Isa a.s. yang murni. Bahkan, keberadaan mereka di Yaman diabadikan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat al-Buruj [85] ayat 4-8, yakni kisah para penggali parit (ashabul Ukhdud) yang dikutuk oleh Allah Ta'ala.
Dalam kisah tersebut diceritakan tentang orang-orang beriman yang dilemparkan ke dalam parit yang membara. Allah Ta'ala menyebut orang-orang yang dilemparkan tersebut sebagai "mukmin" (orang beriman). Siapakah mereka? Tak lain adalah para pengikut ajaran Nabi Isa a.s. yang murni. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat