Dr Muhammad Imarah, seorang pemikir Islam kontemporer, pernah menulis dalam bukunya Perang Terminologi Islam versus Barat (Ma’rakatul Musthalahat bainal Gharbi wal Islami), bahwa di dunia Barat, agama sering diartikan sebagai faith. Artinya, keyakinan pribadi yang hanya berkaitan dengan kesalehan individu.
Karena itu, menurut Imarah, dunia Barat membatasi pengaruh dan gerak agama hanya pada masalah-masalah ibadah praktis dan upacara keagamaan saja. Agama, menurut dunia Barat, tidak berdampak pada konsep-konsep mengenai wilayah-wilayah di luar hal tersebut.
Celakanya, mereka juga memasukkan Islam dalam definisi agama sebagaimana pemahaman di atas. Padahal, Islam bukanlah sekadar persoalan ibadah praktis dan upacara-upacara keagamaan saja. Karena itulah para pemikir Islam banyak yang tak setuju bila ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw ini dikategorikan sebagai agama bilamana didefinisikan seperti di atas. Islam adalah diin.
Jika melihat definisi ala Barat ini maka wajar bila para pemeluk Islam yang mulai bergerak untuk mengubah tatanan suatu wilayah --atau negara-- agar menjadi lebih Islami mereka sebut kaum fundamentalis atau radikalis. Jika gerakan ini masih sekadar berupa wacana, mereka katakan "bibit-bibit radikalis mulai tumbuh", dan mereka segera memberangusnya atas alasan "berbahaya".
Lebih celaka lagi, pemahaman seperti ini di-amin-kan oleh banyak negara, termasuk negara berpenduduk Muslim. Mereka ramai-ramai menanamkan ketakutan kepada Islam jika tak dimaknai sebagai agama dalam perspektif mereka. Mereka ambil sejarah kelam kaum Muslim di zaman dahulu sebagai contoh pembenaran atas ketakutan tersebut.
Maka, tak ada cara untuk membenahi ini semua kecuali dengan ilmu. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat