Jumat, 22 Desember 2023

At-Tiin dan Baitul Maqdis

Profesor Abdul Fattah El Awaisi, ilmuwan berdarah Inggris bercampur Palestina yang menghabiskan hidupnya untuk mengkaji Baitul Maqdis, dalam sebuah forum di Jakarta sekira bulan Maret 2022 pernah berkata bahwa surat At-Tin [95] adalah surat pertama yang diturunkan Allah Ta'ala yang berkisah tentang Baitul Maqdis. Surat ini terdiri atas 8 ayat. Yang menarik, di tiga ayat pertama, Allah Ta'ala bersumpah atas tiga tempat di muka bumi ini. 


Pertama, At-Tin dan Az-Zaitun. Meskipun keduanya nama buah, namun Abdul Fattah El Awaisi --dan beberapa ahli tafsir (mufassirin)--- meyakini bawa keduanya juga bermakna tempat, yakni dataran yang banyak ditumbuhi oleh buah Tin dan Zaitun. Dataran tersebut tiada lain adalah Baitul Maqdis.

Adapun dua tempat lainnya adalah Bukit Sinai, tempat Allah Ta'ala berbicara langsung kepada Nabi Musa as, yang berada di Mesir, serta Makkah alias "Kota yang Aman".  

Surat at-Tin turun di Makkah kira-kira tahun ke-5 setelah kenabian. Sedangkan peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi pada tahun ke 10 kenabian (621 M), atau satu tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Madinah. 

Dengan demikian, menurut Profesor Abdul Fattah El Awaisi, kisah tentang Baitul Maqdis ini sudah hangat dibicarakan masyarakat Muslim Makkah, tepatnya setelah turunnya surat at-Tin, jauh sebelum peristiwa Isra' dan Mi'raj. Apalagi banyak surat Makkiyah yang berkisah tentang Baitul Maqdis setelah at-Tin. 

Kisah tentang Maryam dan Nabi Zakaria, misalnya, atau kisah tentang Nabi Yusuf yang pergi merantau ke Mesir dari Baitul Maqdis. Bahkan, ketika Rasulullah saw ditolak dengan cara yang kasar di Thaif setelah kehilangan sang paman, Abu Thalib, dan isteri tercinta Khadijah, Allah Ta'ala menurunkan kisah tentang Yusuf yang terusir dari Baitul Maqdis karena konspirasi saudara-saudaranya sendiri.

Dari rentetan kisah ini seolah-olah Allah Ta'ala hendak berkata kepada Muhammad saw, "Tenanglah hai Muhammad. Engkau tidak sendirian. Ada juga Nabi sebelum kamu yang mengalami cobaan seperti itu, terusir dari Baitul Maqdis." 

Siapa Sang Adidaya?

Yang menarik, setelah peristiwa di Thaif ini, turunlah surat ar-Ruum. "Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat, dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman." (ar-Ruum [30]: 1-4)

Di mana Bangsa Romawi akan dikalahkan? Tiada lain di Baitul Maqdis. Saat itu Baitul Maqdis dikuasai oleh Romawi pimpinan Heraklius setelah ia berhasil merebut Konstantinopel pada 5 Oktober 610.

Pada tahun 613 datanglah pasukan Persia yang dipimpin Jenderal Shahrbaraz atas perintah Khosrow II. Lalu meletuslah pertempuran Antioch antara Romawi Timur dan Persia. Pertempuran ini dimenangkan oleh Persia yang didukung oleh Bangsa Yahudi pimpinan Nehemiah bin Hushel dan Benjamin dari Tiberias. 

Karena kekalahan ini Heraklius terpaksa mundur dan mengungsi ke Konstantinopel. Sejak saat ini, tepatnya tahun 614 M, Kota al-Quds dan Baitul Maqdis kembali dikuasai bangsa Yahudi yang didukung Persia.

Namun, kurang dari 10 tahun kemudian, Romawi kembali mengalahkan Persia sebagaimana diisyaratkan oleh al-Qur'an surat ar-Rum [30]. Bahkan, Raja Persia Syah Khosrau II dibunuh oleh putranya sendiri.  

Ini semua, kata Profesor Abdul Fattah El Awaisi, tiada lain adalah isyarat bahwa siapa pun yang mampu menaklukkan Baitul Maqdis, maka dialah Sang Adidaya. Dan, isyarat itu sudah turun sejak Rasulullah saw masih berada di Makkah. 

Pada akhirnya kelak, sebagaimana pesan Nubuwah, Baitul Maqdis akan kembali ke tangan kaum Muslim.

Wallahu a'lam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat