Pertengahan Juni 2023 lalu sebuah media Islam bekerja sama dengan sejumlah instansi pemerintah dan lembaga swasta menggelar sebuah festival dengan tagline Beragama Asikin Aja.
Sebuah masjid di Dompu, Nusa Tenggara Barat. |
Banyak yang datang di acara yang dipandu dua anak muda kocak tersebut. Semua kursi terisi penuh. Delapan puluh persen dari mereka adalah anak muda.
Beragam sajian digelar dalam acara yang dimulai pada pukul 13.00 hingga 22.00 tersebut. Ada standup comedy yang dibawakan pemuda Katholik, lagu-lagu rock remaja, serta sambutan sejumlah tokoh.
"Pokoknya malam ini kita bikin asyik-asyik aja," kata seorang biduan di atas panggung dengan latar layar lebar dan cahaya yang menyorot ke sana ke mari.
Saat hari semakin malam, beberapa anak muda yang berdiri di sisi-sisi ruangan mulai bergeser agak ke depan. Mereka berupaya mengabadikan sang biduan dengan ponsel yang diangkat tinggi-tinggi seraya meliuk-liukkan badannya mengikuti alunan lagu.
Kita berprasangka baik bahwa maksud digelarnya acara tersebut juga baik. Pihak penyelenggara ingin mengesankan bahwa ber-Islam itu asyik, tidak kaku, tidak ribet, apalagi menakutkan. Jika sudah asyik, tentu banyak yang tertarik, terutama generasi milenial dan generasi Z.
Namun, benarkah seperti itu cara merasakan keasyikan ber-Islam? Jika sekadar ingin melepas sejenak beban hidup, ya memang seperti itulah caranya. Namun, beban tersebut tak benar-benar lenyap. Ia hanya terlupakan sejenak. Setelah acara selesai, semua beban akan kembali datang.
BACA JUGA: Indahnya Pantai Kota Maba
Memang, ber-Islam itu asyik. Benar-benar asyik! Tak percaya?
Kalau tidak asyik, mana mungkin sebanyak 1,97 miliar penduduk dunia mau memeluknya. Di Indonesia sendiri, menurut laporan The Royal Islamic Xtrategic Studies Centre, sebanyak 237 juta jiwa, atau 86,7 persen penduduknya memeluk Islam.
Bahkan, menurut laporan Pew Research, Islam menjadi agama terbesar di dunia pada tahun 2075 mendatang. Itu pun bila dihitung berdasarkan tingkat kelahiran keluarga Muslim. Ini belum termasuk penambahan jumlah mualaf yang juga tinggi di Eropa dan Amerika.
Sayangnya, tak semua orang bisa merasakan keasyikan ber-Islam. Orang-orang non-Muslim tentu tak merasakan sama sekali keasyikan ber-Islam. Bagaimana mungkin ia akan merasakan asyiknya ber-Islam sementara memeluk Islam saja tidak.
Andaikan mereka mau memeluk Islam, belum tentu juga mereka bisa merasakan keasyikan ber-Islam. Jika mereka ber-Islam hanya sebatas formalitas saja dan tidak didasarkan atas iman yang sebenar-benarnya maka boleh jadi mereka juga belum merasakan keasyikan ber-Islam.
Mereka yang bisa merasakan asyiknya ber-Islam adalah mereka yang benar-benar mengimani Islam, kemudian mereka berjuang (berjihad) segenap jiwa, raga, dan harta untuk menegakkan Islam, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala di dalam al-Qur’an surat al-Hujarat [49] ayat 15.
Rasulullah saw, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, juga menerangkan bahwa orang-orang yang beriman itu, hidupnya sangat mengagumkan. Sebab, semua keadaannya membawa kebaikan untuk dirinya.
"Jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”
Nah, kalau sudah begini, baru asyik betulan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat