Setiap kali mendengar kabar seorang sahabat pulang untuk selamanya, saya selalu membuka kembali deretan obrolan kami di WA, dari pesan awal hingga pesan terakhir.
Jejak-jejak di atas pasir (ilustrasi) |
Dari jejak obrolan tersebut, saya membayangkan saat-saat dulu bersamanya, mengingat kembali kebaikan-kebaikannya, hingga pada suatu titik kebersamaan itu terputus. Jejaknya tiba-tiba hilang!
Lalu namanya mulai dikeluarkan dari semua grup WA yang ia ikuti. Admin telah mengeluarkan si fulan, Dia seketika menjadi bukan bagian dari kita. Dia menjadi "orang lain".
Saya pernah mendengar cerita seorang suami yang sedih mendapati nama isterinya sudah tak ada lagi dalam daftar kartu keluarga. Mulanya ia mengurus surat kematian di kantor pemerintahan setempat. Kemudian, ia juga mengurus perubahan kartu keluarga.
Saat ia menerima kartu keluarga yang baru, matanya tak berani menatap deretan nama dalam kartu keluarga yang baru tersebut. Ia takut tak menemukan nama isterinya lagi di sana. Lama baru ia bisa menerima kenyataan bahwa isterinya sudah tidak lagi menjadi bagian dari kehidupannya.
Umar ibn Khattab pun marah saat mendengar kabar Rasulullah s.a.w. telah wafat. Dengan keras beliau berkata, "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w belum meninggal dunia ..."
Barulah setelah Abu Bakar menenangkannya, Umar terdiam, terduduk di tanah. Kedua kakinya sudah tak lagi mampu menopang berat tubuhnya.
Setiap kita akan pulang, dan setiap kepulangan adalah nasehat. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat