Tahun 1990, beliau mengajar mata kuliah agama Islam, dan saya salah seorang mahasiswa yang tekun mendengar materi beliau. Kami bertemu setiap hari Senin di mata kuliah tersebut.
Kala itu, beliau masih menggunakan overhead projector. Materi kuliah ditulis di atas plastik bening, lalu ditaruh di atas alat tersebut. Sinarnya akan memproyeksikan materi ke dinding berwarna putih di ruang kuliah.
Kami para mahasiswa mencatat materi tersebut. Itu pun kalau duduk di bangku bagian depan. Kalau datang telat dan duduk di bangku belakang, tulisan-tulisan yang terpantul di dinding tak akan bisa dibaca. Solusinya, kami akan memohon-mohon kepada mahasiswa yang duduk di depan untuk meng-copy catatan mereka, meskipun pada akhirnya lebih banyak yang meng-copy ketimbang menulis langsung.
Tadi siang, saya bertemu kembali dengan beliau. "Mau kopi?" kata beliau membuka obrolan. Kopi hitam dan kue basah terhidang menemani obrolan kami tentang pentingnya manusia berilmu untuk tegaknya peradaban mulia. Itulah yang sekarang sedang beliau perjuangkan.
Sehat selalu Prof Dr. Didin Hafidhuddin. ***
Catatan:
Tulisan ini dibuat dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada hari Jumat, 25 November 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat